“Kami tidak harus memasak dan malah punya pelayan sendiri,” kata Jean.
Kisahnya bermula 22 tahun silam. David dan Jean, yang tinggal di Sheffield, baru saja pulang menengok bibi mereka yang sakit di Newark. Maka bermalamlah mereka di Travelodge.
Semenjak itu, akhirnya mereka kepincut tinggal di kamar yang letaknya persis di pinggir jalan raya London-Edinburgh yang ramai. Deru laju truk siang-malam bak irama musik di kuping mereka. “Pemandangan di luar tak pernah sepi,” kata mereka kalem.
Setelah 10 tahun mereka tinggal di Travelodge, pihak hotel pun menamai kamar mereka The Davidson’s Suite. Sebuah perayaan digelar di sana. Plakat yang menandai perayaan itu ditempel di dekat meja penerima tamu.
Kini sudah 22 tahun David dan Jean Davidson menghuni penginapan kelas sedang tersebut. “Rasanya nyaman dan aman hidup ini,” kata purnawirawan Angkatan Laut Kerajaan Inggris itu. Saking nyamannya, ke mana pun pergi, mereka selalu balik ke Travelodge.
Untuk segala kenyamanan itu, keluarga Davidson harus merogoh kocek 100 ribu pound sterling setiap tahun. Itu berarti, Davidson hanya membayar 15 pound sterling per malam.
“Kami dapat harga spesial karena selalu membayar lebih awal,” kata David.
Jika musim dingin tiba, mereka juga tak harus berpusing-pusing memelototi tagihan listrik yang membengkak lantaran pemanas ruangan hidup sepanjang malam. “Tawaran yang menarik, bukan?” katanya lagi.
Kendati begitu, keduanya masih menyempatkan diri menengok rumah mereka di Sheffield. Setiap dua pekan, mereka datang sembari mengambil surat.
“Sejumlah orang pasti mengira keluarga itu kaya,” tulis Daily Express dalam editorialnya. Padahal, “Harga sewa kamar mereka sama dengan harga cicilan rumah. Bedanya, mereka tidak harus repot mengurus rumah dan membayar tagihan lainnya.” [blogberita.net]
No comments:
Post a Comment