Dari SMU aku sudah jauh dari kedua orang tuaku. Dan ada salah satu pengalaman ta terlupakan ketia ngentot dengan ibu kos. Berikut cerita seks yang lebih lengkap.
Peristiwa ini aku alami waktu masih SMU (dulu SMA). Karena aku harus melanjutkan sekolah di semarang, sementara di kota itu aku tidak memiliki famili ataupun saudara, maka mau tidak mau akupun harus tinggal di tempat kost. Setelah beberapa kali mencari akhirnya aku memilih kost di tempat sebut saja tante Rini, seorang janda janda muda yg cantik dan rumahnya memang di buat khusus untuk tempat kost anak-anak sekolah.
Aku memilih kost di rumah tante Rini karena selain nyaman dan linkungannya bersih, juga karena jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat sekolahku. sama sekali tidak ada pikiran kalau aku memilih kost di situ karena ibu kostnya seorang janda cantik.
Pada bulan-bulan awal aku tinggal di rumah tante Rini, aku memang sudah merasakan gejala-gejala yg lain dari Ibu kost-ku itu. dari sekian banyak anak kost yg tinggal di rumahnya, hanya akulah yg mendapatkan perhatian lebih. bahkan untuk makan-pun aku di istimewakan. Awalnya aku sama sekali tidak punya pikiran apa-apa dengan hal itu. sampai akhirnya Tante Rini menyuruhku pindah ke kamar lain (salah satu kamar yg ada di rumah induk), karena kamarku yg lama akan di isi anak kost baru.
Awalnya aku memang sedikit sungkan karena di olok-olok teman-temanku, tapi aku sendiri tidak sanggup menolaknya dan akhirnya pindah juga ke kamar kost yg letaknya tidak jauh dari kamar tidur ibu kost ku.
Sejak tinggal di kamar yg baru, perhatian Tante Rini makin bertambah. Ia tidak hanya mengistimewakan aku dalam hal makan, tapi juga sering mengajakku ngobrol berdua, biasanya di ruang tengah, hingga makin lama aku tidak sungkan lagi dan tidak ada rikuh di antara kami.
Satu malam, Tante Rini minta tolong kepadaku untuk memijat tubuhnya yg katanya sangat capek dan pegel-pegel setelah seharian berpergian. ?Tolong pijitin aku sebentar ya Rud? kata Tante Rini sambil mengajakku ke kamarnya.
Di dalam kamarnya yg sepi dan serba rapi itulah tante Rini melepas baju atasnya. Sementara di balik baju atasnya yg berwarna biru muda itu Ia tidak mengenakan apa-apa lain. Setelah bajunya di tanggalkan dengan posisi membelakangiku, Tante Rini lalu ke ranjangnya dan tidur dengan posisi tengkurap. Karena tidak di tutupi apapun aku jadi bebas menatap punggungnya, kulitnya begitu mulus putih bersih.
Meski aku masih remaja waktu itu tapi aku tetap lelaki normal dan tentu saja gairahku bangkit melihat pemandangan yg seperti itu. ?Ayo Rud..? kata Tante Rini mengejutkan lamunanku. ?Iya Tante? sahutku sambil duduk di tepi ranjangnya dan mendekat lalu mulai memijit punggungnya. Ketika tangganku menyentuh kulit punggung tante Rini yg mulus itulah aku merasakan getaran aneh menjalar ke sekujur tubuhku. Aku berusaha mengendalikannya. ?Terus Rud. Pijatanmu enak lho? katanya setengah berbisik.
?Ah ini juga hanya ngawur kok, Tante? sahutku tak kalah lirihnya, sementara jemari tanganku masih terus menari-nari di atas punggung Tante Rini.
Entah di sengaja atau tidak! tiba- tiba Tante Rini membalikkan tubuhnya. Aku yg sejak tapi bersusah payah untuk megendalikan gejolak birahiku, kontan jadi kebinggungan. Meski Usia Tante Rini sudah 40-an tahun tapi tubuh Tante Rini masih sintal dan padat. Demikian pula dengan ?dua bukit kembar? di dadanya masih tampak kenyal dan menantang.
Entah setan mana yang merasuk otakku., dengan beraninya aku tiba-tiba meraih kedua buah dada Tante Rini lalu meremas-remasnya. ?Rud..Ohh? bisik desah Tante Rini, sementara tangganya balas meremas tangganku yg masih asyik memainkan payudaranya.
Merasa mendapatkan respon, maka aku jadi makin berani. Kini tidak hanya tangganku saja yg asyik bermain, tapi juga lidah dan mulutku. ?Ohhh?terus Rud?? desah Tante Rini dengan mata setengah terpejam saat aku menjilati dan mengulum puting susunya yg coklat kemerahan itu.
Puas dengan payudarannya ciumanku makin melorot ke bawah dan kulucuti celana dalamnya. Kini ciumanku hinggap di selangkangan tante Rini. Bibir vaginanya yg berbulu aku lumat dan aku jilati dengan penuh nafsu sampai Tante Rini mengelinjang dan mendesah-desah.
Rupanya Tante Rini tidak mau menjadi objek saja. Dengan ganasnya di merubah posi dan menelajangiku. Matanya terbelalak menyaksikan Rudal di selangkanganku yg tegak dengan gagahnya. Dengan penuh nafsu di mencium, menjilati dan mengocok torpedoku itu dengan mulutnya. Aku yg belum pernah merasakan hal itu sebelumnya hanya bisa melenguh dan sesekali mengeliat nikmat merasakan keganasan tante Rini meng-oral penisku. Rasa nikmatnya tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata.
Setelah puas meng-oral rudalku Tante Rini langsung mengambil posisi telentang dan aku mengambil posisi di atasnya. Ia membimbing kejantaannku yang diarahkannya ke liang surganya. ?Masukin ya Rud, Tante sudah ngak tahan nih..? rengeknya. Aku yang juga sudah tidak sabar lagi akhirnya mulai mendorongkan kejantananku agar masuk kedalam memek Tante Rini. Ohh..rasanya nikmat sekali?, dengan gerakan teratur aku mulai melakukan gerakan maju-mundur. ?Aduh..ohhh?terus Rud..teruskan Rud..? desah Tante Rini tidak tertahankan lagi.
Ternyata meski sudah berumur 40-an tahun tapi memek Tante Rini masih enak dan kencang. Rudalku serasa dipijit dan diremas-remas oleh otot-otot liang kewanitaannya. Kusetubuhi Tante Rini dengan penuh nafsu sampai akhirnya kami sama-sama mencapai puncak secara bersamaan. Sehabis bercinta kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang.
Sejak kejadian itu hubunganku dengan Tante Rini semakin mesra saja. Setiap ada keinginan dan kesempatan Aku selalu tidak menolak dan bahkan semakin ketagihan untuk memenuhi hasrat seks Tante Rini yang mengelora
Showing posts with label ngentot tante. Show all posts
Showing posts with label ngentot tante. Show all posts
Tuesday, July 31, 2012
Friday, June 22, 2012
Tante Yuni Temen Ibukku
Ini adalah pengalaman berharga saat bisa meniduri tante-tante. Aku ceritain deh secara lengkap dan detail dalam cerita dewasa kali ini.
Dring .. teleponku berbunyi,hai anto kamu ada acara ngak pagi ini tanya tante yuni.
dan aku menjawab ngak ada acara apa2 emang nya mbak yuni mau ajak kemana.gini loh anto,suami mbak lagi keluar kota bisa ngak dik anto menemmani tante ke puncak,udah lama tante ngak nengok2 villa ,
dan aku menjawab,nanti anto kabarin.mau minta ijin sama ibu dulu setelah mendapat ijin dari ibu,kemudian aku langsung menyetujui untuk berangkat puncak bersama tante yuni,kami berangkat2 bersama sopirnya tante yuni,
aku mau bercerita sedikit tentang bagaimana aku bisa berkenalan dengan tante yuni,awalnya ada arisan keluarga dan tante yuni adalah teman baik ibuku,dan tante yuni termasuk yang termuda dalam anggota arisan ibu2,tante berumur sekita 34 thn tinggi badan tante sekitar 165 cm dada lumayan tidak terlalu besar sekita 34 pinggul lumayan juga tidak terlalu lebar badannya mulus sekali belom punya anak ,saat selesai arisan mau pulang mobilnya tidak bisa stater dan dia meminta ijin dari ibuku untuk mengantarnya pulang dan kebetulan suaminya dalam rangka tugas kantor sehingga aku yang diminta tolong mengantar pulang,sesampai dirumah aku ditahan tante yuni untuk menemani nonton tv kebetulan acara sinetron
tante yuni langsung kekamar berganti pakaian daster yang tipis dan tidak memakai bh sehingga dengan mudah bagi aku melihat kedua gunduk didalam daster,dan tante yuni duduk berhadapan dengan aku,sembali mengangkat kakinya kemeja tampa sengaja mataku melihat sekilah paha yang mulus, dan tampak menghadap kearah tempat dudukku,dan aku melilik sambil menebak apakah tante yuni tidak pakai celana dalam,dan mataku sebentar melilik dan sebentar mata menuju ke tv,dan sepertinya tante yuni mengetahui aku meliliknya dan tante yuni semakin sengaja membuka sedikit lebar pahanya sembari duduk menyenderkan kepalanya diatas sofa,mataku melilik dan sedangkan celanaku makin sempit dan sembari menahan tegang bergerak torpedoku dengan tangan kiriku aku membetulkan posisi torpedoku.saat tangan bergerak rupanya diperhatikan tante yuni dan tante yuni kelihatan senyum2,
dan tante yuni kemudian berkata kenapa anto lagi kepanasan ya bergerak2 terus,lalu aku menjawab dengan muka rada bersemu merah karena darah menjalar dengan kencang kemukaku sehingga terasa panas mukaku dan aku berkata menunduk mukaku,ngak tante eghnn....eehh.. eehh... dan aku ngak bisa menjawab
kemudian tante yuni bangun dari tempat duduk dan menghampiriku tante yuni mengambil remote tv dekat bangku dudukku, entah sengaja atau tidak dia terpeleset dan jatuh kepahaku dan tangan tidak sengaja menekan kena tepedoku aku kesakitan meringis menahan sakit dan tangannya buru diangkat tangannya dia kaget lalu betanya kenapa anto sakit ya maafkan tante ya,sembari menjululkan tangannya keselakanganku dan dipegang oleh tante yuni,dan tante yuni lalu berkata ini apa..an..koq keras2 banget,ini sakit ya.. sembari tangannya memijit2,sini tante urut biar sakitnya hilang,dan tante ngak bilang permisi langsung dibuka seletingku celanaku dan tangan meroggoh kedalam celana dalamku dan digenggam dengan erat sekali,dan tangan kanan megosok2 mengelus2 ujung kepala batangku,
dan aku sangat menikmati dan lupa dengan sakitnya,selagi tangan kirinya mengocok lalu tangan kanannya berpindah ketanganku dan ditarik ke dadanya,dan tante yuni kembali berkata ayo to...pegang aja punya tante, kamu maukan...aku langsung mejawab ,iya tante...
selagi mendapat akses,aku bertindak lebih jauh lagi kuturunkan kepalaku kujilat dadanya,dan tangan tante yuni mendekap lebih erat dan dia kembali mendesah terus to....diisap ya...to,,,,duh...enak banget, dan aku akan bertindak lebih lanjut lagi,kuelus2 perutnya setelah itu aku mau turunkan kepalaku keselankang pahanya tante,lalu tante berkata dikamar aja to..nanti diliat pembantu.
tante duduk diatas ranjang membuka paha untuk memancing nafsuku,sini to....naek keatas ranjang tante dah ngak tahan...
kemudian kami berpindah kekamar tidurnya tante yuni,sesampai dikamar tante langsung buka baju dasternya dan dia duduk diatas ranjang dengan membuka kedua pahanya lebar2 dan aku lihat ternyata memeknya tante bersih tampa sehelai rambutpun aku aku bertambah nafsu melihatnya dan akupun tidak tinggal diam kubuka seluruh pakaianku setelah kami berdua terlanjang tante yuni lalu mendorong aku keranjang dengan posisi terlentang dan kemudian tante menurunkan kepalanya menjilat pusarku lalu terus turun sampai ke selakanganku dan tangannya mengenggam dan lidahnya menjilat di sekitar kepala kemaluanku aku mendesah bagaikan bayi minta ngedot,dan akupun tidak tinggal diam tangan ku memeras dan memirin pentil unjung susunya tantepun langsung beraksi lebih jauh,batang torpedoku dimasuk kemulut dikulum turun naik sembari menjilat dan kepalanya kekiri dan kekanan aku menikmati diisap kuluman kemaluanku oleh tante yuni
tante menjilat batangku kemaluanku
sssttt...enak banget batangmu....
lalu aku menurunkan kepalaku dan kucium dan terasa bau ciri khas wanita dan aku langsung menjulurkan lidahku lalu aku jilat ujung kelentitnya dan jariku tetap kutusuk keluar masuk tante yuni kembali medesis ssstttt...ssssttt....aku mendengar tante yuni mendesis aku tahu tante yuni sudang hampir kepuncak kenikmatan akupun tetap menjilat lebih cepat dan juga aku gigit pelan tante mendesis sssttt....lalu berkata antooo...cepatt masukinn...tante dah ngak tahan..cepattt..donggg...sayangg...dan akhirnya tante yuni bangun dan dia langsung menungging dan mengenggam batang kemaluanku lalu dituntun kearah vaginanya dan digosok2 kepala kemaluanku dibelahan vaginanya yang benar2 sudah basah dan licin sekali.
akupun sudah ngak tahan lagi dan tanganku mengenggam buah pantatnya,lalu kuarahkan batang kemaluanku lalu kutekan blesss...berasa peret dan hangat sekali lobang tante yuni yang sudah sangat basah dan licin sekali,akupun memaju mundurkan pantatku dan diimbangi goyangnya pantat tante yuni bagaikan gangsing aku sangat menikmati dan didalam vagina tante yuni terasa seperti menyedot,dan aku berkata pada tanteee...memek tante enakkk..sekali...ogghhh....mendengar aku berkata enak lalu tante bergoyang pantatnya makin kencang dan aku berasa batang kemaluan terpendam dalam sekali dan berasa sepeti diurut seluruh batang kemaluanku aku benar2 terbang kelangit tujuh sstt....ogghh.....aku mendesis
tante sedang nafsu batang kemaluanku diarahkan ke vaginanya
aduhh...tante dah ngak tahan,tante masukin ya....
aku hampir kepuncaknya dan lalu aku cabut batang kemaluanku aku tidak mau cepat keluar,tantepun kerkata aduh...anto....koq dilepas sih, tante berkata kelihatan kecewa dan tante yuni berkata tante hampir dapet...akupun berkata iya...tante ganti posisi tante tadi anto..hampir keluar juga abisnya goyangan tante bikin anto ngak tahan...sekarang gantian tante di atas anto mau ngerasain goyang tante lalu tante mencubit pahaku dasar lelaki biasanya maunya terima beres takut keduluan keluar iya...akupun tersenyum dalam hatiku tahu juga nih tante.
ini gaya nungging yg paling kusukai
iyaa...terus..yang dalemm..dong sayang...
lalu tante kembali menjilat dan mengulum kemaluaanku yang baru kucabut dalam memeknya dalam keadaan berlendir, tante yuni pun menjilat tampa merasa jijik aku sangat sekali menikmati permainan tante, aku memeramkan mataku menikmatinya jilatannya setelah berselang beberapa menit lalu tante bangun lalu digenggam batang terpedoku lalu diarahkan kelobang vaginanya lalu ditekan sampai masuk tampa sejengkal batangku yang tersisa sampai kepangkalnya lalu tante yuni mengoyangkan pinggulnya memaju mundurkan pantatnya aku merasakan seluruh batang sepeti diurut selagi tante beraksi memutar pantat pinggulnya tanganku meremas buah dadanya dan jariku juga ikut memerintir ujung pentil susunya
tante yuni juga berkata anto...remes yang kencang dong... dan aku ikuti kemauan tante kuremas kedua buah dadanya dan batang kemaluaan ditancap dalam sekali dan tante akhirnya berkata terus anto...punya kamu koq enak banget, beda banget ama punya omm[suaminya], lalu aku berkata beda apanya tante...diapun menjawab beda batangnya punyamu panjang dan kepalanya helemnya besar banget terasa didalam memek tante seperti digaruk bagaikan ada yang nonjok2 , lalu kembali tante yuni mendesis dan berkata lagi anto...tante mau keluar nih.... ssstt....aku berkata jangan keluar dulu tante tungguin anto sebentar lagi, anto hampir nyampe, dan tante bergoyang pantatnya makin kencang akupun hampir tiba diujung puncak kenikmatan,
tante yuni sedang menikmati goyanganku sssttt....ougghhh.......enaknya batangmu to.....
lalu kudekap tubuh tante dan kubalik tubuhnya dan berganti posisi aku di atas dan tante yuni dibawah akupun berpacu dengan kencang kumajukan mundur pantatku bagaikan piston mobil dan selang beberapa menit tante yuni mendesis kembali..ssstttt....anto...tante dah mau nyampe...cepat to...bareng2 ya..akupun menjawab iya..tannn...anto juga mau nyampe...akhirnya jebol juga dan disusul dengan orgasmenya tante yuni dan batangku menyemprot crott..crott...crott...dan tante pun berteriak..aughh....eennakk.....aakhhh.....akhirny a aku dipeluk tante erat sekali dan dicium dan diapun berkata terima kasih iya anto kamu pintar deh puasin tante
mengalirnya lendir kenikmatan dari vaginanya tante yuni
lalu kami rebah tiduran di atas ranjang tante yuni dan diapun bercerita bahwa dari rumahku dia sudah memperhatikanku dan dia juga suka denganku dan tante yuni juga menceritakan tentang suaminya kalau main dengan tante dia paling suka anal,aku terbengong2 mendengar pengakuan tante yuni koq memeknya tante yuni enak koq mau2 aja yang di dubur apa enaknya aku bertanya kepada tante yuni dan diapun menjawab mula2nya ya sakit lama2 enak koq,dan apakah anto pernah mencobanya akupun menjawab blom pernah tante kan jijik masak dimasukin kelobang patatnya tante,dan tante berkata kembali apakah anto mau coba...aku diam sejenak lalu menjawab boleh juga akhirnya dan tante juga diam tetapi tangannya tetap mengenggam batangku yang masih lemas,dan dia tidak melepaskanya tante yuni sangat sabar dia tetap aja mengurut2 batangku selang beberapa menit akhirnya bangun kembali
lalu tante bangun ranjang dia berjalan kemeja rias mengambil bungkusan kecil dan dia sobek ternyata sebuah condom lalu tante yuni menunduk kepalanya mengulum2 batang kemaluanku yang masih lengket karena peju tersebut setelah cukup lama tante memasang condom ke batang kemaluanku dan tante lansung celentang mengangkat tinggi kedua pahanya dan dia meludah ketangannya lalu di oles kelobang pantanya dan dia menarik tanganku sembari senyum sini to...coba masukin dih..biar kamu ngak penasaran
akhirnya kuikuti kemauan tante yuni kugenggam batang torpedoku kuarahkan kelobang duburnya yang dibasahi oleh ludahnya tante yuni,lalu kutekan pelan2 tante yuni memejamkan matanya dan mulutnya keliahatan sedang mengigit bibir bawahnya,dan kutekan kembali akhirnya masuk separuh dan kutarik lalu kutekan kembali lebih dalam dan tante yuni mendesis ssstttt....pelan2 ya to..lada perih sedikit tante yuni berkata dan aku menjawab kalau sakit jangan diterusin tante,aku merasa kasian sama tante yuni dan aku menjawab biar anto masukin aja kelobang memek tante aja,tapi tante tetap mau aku melanjukan,dan kutekan lagi lebih dalam akhirnya masuk keluruh batang torpedoku dilobang pantatnya dan yang kurasakan lobang pantatnya tante yuni lebih hangat dan mencengkram bila dibanding dengan vaginanya
kumasuki batang kemaluanku ke lobang analnya tante yuni
aduh to...pelan2 ya......
aku mendesah aghhh....enakkk..banget...lalu kumaju mundurkan pantatku dengan diiringi mengosok vaginanya dan ujung jarinya menekan masuk sampai kelobang memeknya tante yuni,aku tetap memajukan mundur pantaku dan tante yuni semakin cepat mengosok vaginanya dan mata sayu melirikku dan mulutnya sedikit terbuka lidahnya terjulur sedikit,aku melihatnya semakin terlangsang,selang beberapa lama tante yuni berkata anto...tante memeknya digosok koq semakin gatel....ya....terus anto...yang kencang...dengan batang terpedoku keluar masuk dilobang pantatnya akupun sangat menikmati terasa batang torpedo sesuatu akan terjang keluar aku berkata kepada tante yuni,tan..te...anto ngak tahan dah mo keeelluarrrr.....tantepun menjawab a..maaaa......tanteee...juga..mauu..keluarrr....aa gghhh.....aduhhhhh...nyammmpe...to...
setelah selesai anal lalu tante yuni mencabut kondom tersebut lalu dijilat dan ditelan lendir kenikmatan dihadapanku
akhirnya aku juga keluar berbareng dengan orgasmenya tante yuni dan aku dipeluk erat dan kakinya juga melingkar tubuhku setelah menjelang beberapa saat tante bangun dan masih duduk diranjang dan diraih batang kemaluanku dan di tarik keluar kondom dibatangku dan dipegang dengan dua jarinya diangkat kemukanya dan tante yuni mengulurkan lidahnya menjilat kondom tersebut menghadap keaku sembari kelilik kearahku lalu tersenyum,dan tantepun berkata ini cairan peju kamu sedap sekali tante suka koq kalau anto bisa negecrot dimulut tante,dan kata dokter kalau cairan peju sangat berprotein dan akupun berkata boleh pasti anto kasih kalau om pas ngak ada dirumah dan pasti datang dan kita bisa menikmati beberapa gaya lagi yang belom kita coba.
setelah jam menunjuk 12 malam dan hpku berbunyi ternyata ibuku telephon danibuku bertanya anto ada dimana dan aku menjawab dalam perjalanan pulang bu..dan hari berikutnya aku kepuncak menemani tante yuni dan kami melakukan beberapa gaya2 yang belom kami praktek,aku sangat puas dan menikmati bermain dengan tante yuni bila suaminya sedang keluar kota atau siang hari kalau sedang ngak kuliah
Dring .. teleponku berbunyi,hai anto kamu ada acara ngak pagi ini tanya tante yuni.
dan aku menjawab ngak ada acara apa2 emang nya mbak yuni mau ajak kemana.gini loh anto,suami mbak lagi keluar kota bisa ngak dik anto menemmani tante ke puncak,udah lama tante ngak nengok2 villa ,
dan aku menjawab,nanti anto kabarin.mau minta ijin sama ibu dulu setelah mendapat ijin dari ibu,kemudian aku langsung menyetujui untuk berangkat puncak bersama tante yuni,kami berangkat2 bersama sopirnya tante yuni,
aku mau bercerita sedikit tentang bagaimana aku bisa berkenalan dengan tante yuni,awalnya ada arisan keluarga dan tante yuni adalah teman baik ibuku,dan tante yuni termasuk yang termuda dalam anggota arisan ibu2,tante berumur sekita 34 thn tinggi badan tante sekitar 165 cm dada lumayan tidak terlalu besar sekita 34 pinggul lumayan juga tidak terlalu lebar badannya mulus sekali belom punya anak ,saat selesai arisan mau pulang mobilnya tidak bisa stater dan dia meminta ijin dari ibuku untuk mengantarnya pulang dan kebetulan suaminya dalam rangka tugas kantor sehingga aku yang diminta tolong mengantar pulang,sesampai dirumah aku ditahan tante yuni untuk menemani nonton tv kebetulan acara sinetron
tante yuni langsung kekamar berganti pakaian daster yang tipis dan tidak memakai bh sehingga dengan mudah bagi aku melihat kedua gunduk didalam daster,dan tante yuni duduk berhadapan dengan aku,sembali mengangkat kakinya kemeja tampa sengaja mataku melihat sekilah paha yang mulus, dan tampak menghadap kearah tempat dudukku,dan aku melilik sambil menebak apakah tante yuni tidak pakai celana dalam,dan mataku sebentar melilik dan sebentar mata menuju ke tv,dan sepertinya tante yuni mengetahui aku meliliknya dan tante yuni semakin sengaja membuka sedikit lebar pahanya sembari duduk menyenderkan kepalanya diatas sofa,mataku melilik dan sedangkan celanaku makin sempit dan sembari menahan tegang bergerak torpedoku dengan tangan kiriku aku membetulkan posisi torpedoku.saat tangan bergerak rupanya diperhatikan tante yuni dan tante yuni kelihatan senyum2,
dan tante yuni kemudian berkata kenapa anto lagi kepanasan ya bergerak2 terus,lalu aku menjawab dengan muka rada bersemu merah karena darah menjalar dengan kencang kemukaku sehingga terasa panas mukaku dan aku berkata menunduk mukaku,ngak tante eghnn....eehh.. eehh... dan aku ngak bisa menjawab
kemudian tante yuni bangun dari tempat duduk dan menghampiriku tante yuni mengambil remote tv dekat bangku dudukku, entah sengaja atau tidak dia terpeleset dan jatuh kepahaku dan tangan tidak sengaja menekan kena tepedoku aku kesakitan meringis menahan sakit dan tangannya buru diangkat tangannya dia kaget lalu betanya kenapa anto sakit ya maafkan tante ya,sembari menjululkan tangannya keselakanganku dan dipegang oleh tante yuni,dan tante yuni lalu berkata ini apa..an..koq keras2 banget,ini sakit ya.. sembari tangannya memijit2,sini tante urut biar sakitnya hilang,dan tante ngak bilang permisi langsung dibuka seletingku celanaku dan tangan meroggoh kedalam celana dalamku dan digenggam dengan erat sekali,dan tangan kanan megosok2 mengelus2 ujung kepala batangku,
dan aku sangat menikmati dan lupa dengan sakitnya,selagi tangan kirinya mengocok lalu tangan kanannya berpindah ketanganku dan ditarik ke dadanya,dan tante yuni kembali berkata ayo to...pegang aja punya tante, kamu maukan...aku langsung mejawab ,iya tante...
selagi mendapat akses,aku bertindak lebih jauh lagi kuturunkan kepalaku kujilat dadanya,dan tangan tante yuni mendekap lebih erat dan dia kembali mendesah terus to....diisap ya...to,,,,duh...enak banget, dan aku akan bertindak lebih lanjut lagi,kuelus2 perutnya setelah itu aku mau turunkan kepalaku keselankang pahanya tante,lalu tante berkata dikamar aja to..nanti diliat pembantu.
tante duduk diatas ranjang membuka paha untuk memancing nafsuku,sini to....naek keatas ranjang tante dah ngak tahan...
kemudian kami berpindah kekamar tidurnya tante yuni,sesampai dikamar tante langsung buka baju dasternya dan dia duduk diatas ranjang dengan membuka kedua pahanya lebar2 dan aku lihat ternyata memeknya tante bersih tampa sehelai rambutpun aku aku bertambah nafsu melihatnya dan akupun tidak tinggal diam kubuka seluruh pakaianku setelah kami berdua terlanjang tante yuni lalu mendorong aku keranjang dengan posisi terlentang dan kemudian tante menurunkan kepalanya menjilat pusarku lalu terus turun sampai ke selakanganku dan tangannya mengenggam dan lidahnya menjilat di sekitar kepala kemaluanku aku mendesah bagaikan bayi minta ngedot,dan akupun tidak tinggal diam tangan ku memeras dan memirin pentil unjung susunya tantepun langsung beraksi lebih jauh,batang torpedoku dimasuk kemulut dikulum turun naik sembari menjilat dan kepalanya kekiri dan kekanan aku menikmati diisap kuluman kemaluanku oleh tante yuni
tante menjilat batangku kemaluanku
sssttt...enak banget batangmu....
lalu aku menurunkan kepalaku dan kucium dan terasa bau ciri khas wanita dan aku langsung menjulurkan lidahku lalu aku jilat ujung kelentitnya dan jariku tetap kutusuk keluar masuk tante yuni kembali medesis ssstttt...ssssttt....aku mendengar tante yuni mendesis aku tahu tante yuni sudang hampir kepuncak kenikmatan akupun tetap menjilat lebih cepat dan juga aku gigit pelan tante mendesis sssttt....lalu berkata antooo...cepatt masukinn...tante dah ngak tahan..cepattt..donggg...sayangg...dan akhirnya tante yuni bangun dan dia langsung menungging dan mengenggam batang kemaluanku lalu dituntun kearah vaginanya dan digosok2 kepala kemaluanku dibelahan vaginanya yang benar2 sudah basah dan licin sekali.
akupun sudah ngak tahan lagi dan tanganku mengenggam buah pantatnya,lalu kuarahkan batang kemaluanku lalu kutekan blesss...berasa peret dan hangat sekali lobang tante yuni yang sudah sangat basah dan licin sekali,akupun memaju mundurkan pantatku dan diimbangi goyangnya pantat tante yuni bagaikan gangsing aku sangat menikmati dan didalam vagina tante yuni terasa seperti menyedot,dan aku berkata pada tanteee...memek tante enakkk..sekali...ogghhh....mendengar aku berkata enak lalu tante bergoyang pantatnya makin kencang dan aku berasa batang kemaluan terpendam dalam sekali dan berasa sepeti diurut seluruh batang kemaluanku aku benar2 terbang kelangit tujuh sstt....ogghh.....aku mendesis
tante sedang nafsu batang kemaluanku diarahkan ke vaginanya
aduhh...tante dah ngak tahan,tante masukin ya....
aku hampir kepuncaknya dan lalu aku cabut batang kemaluanku aku tidak mau cepat keluar,tantepun kerkata aduh...anto....koq dilepas sih, tante berkata kelihatan kecewa dan tante yuni berkata tante hampir dapet...akupun berkata iya...tante ganti posisi tante tadi anto..hampir keluar juga abisnya goyangan tante bikin anto ngak tahan...sekarang gantian tante di atas anto mau ngerasain goyang tante lalu tante mencubit pahaku dasar lelaki biasanya maunya terima beres takut keduluan keluar iya...akupun tersenyum dalam hatiku tahu juga nih tante.
ini gaya nungging yg paling kusukai
iyaa...terus..yang dalemm..dong sayang...
lalu tante kembali menjilat dan mengulum kemaluaanku yang baru kucabut dalam memeknya dalam keadaan berlendir, tante yuni pun menjilat tampa merasa jijik aku sangat sekali menikmati permainan tante, aku memeramkan mataku menikmatinya jilatannya setelah berselang beberapa menit lalu tante bangun lalu digenggam batang terpedoku lalu diarahkan kelobang vaginanya lalu ditekan sampai masuk tampa sejengkal batangku yang tersisa sampai kepangkalnya lalu tante yuni mengoyangkan pinggulnya memaju mundurkan pantatnya aku merasakan seluruh batang sepeti diurut selagi tante beraksi memutar pantat pinggulnya tanganku meremas buah dadanya dan jariku juga ikut memerintir ujung pentil susunya
tante yuni juga berkata anto...remes yang kencang dong... dan aku ikuti kemauan tante kuremas kedua buah dadanya dan batang kemaluaan ditancap dalam sekali dan tante akhirnya berkata terus anto...punya kamu koq enak banget, beda banget ama punya omm[suaminya], lalu aku berkata beda apanya tante...diapun menjawab beda batangnya punyamu panjang dan kepalanya helemnya besar banget terasa didalam memek tante seperti digaruk bagaikan ada yang nonjok2 , lalu kembali tante yuni mendesis dan berkata lagi anto...tante mau keluar nih.... ssstt....aku berkata jangan keluar dulu tante tungguin anto sebentar lagi, anto hampir nyampe, dan tante bergoyang pantatnya makin kencang akupun hampir tiba diujung puncak kenikmatan,
tante yuni sedang menikmati goyanganku sssttt....ougghhh.......enaknya batangmu to.....
lalu kudekap tubuh tante dan kubalik tubuhnya dan berganti posisi aku di atas dan tante yuni dibawah akupun berpacu dengan kencang kumajukan mundur pantatku bagaikan piston mobil dan selang beberapa menit tante yuni mendesis kembali..ssstttt....anto...tante dah mau nyampe...cepat to...bareng2 ya..akupun menjawab iya..tannn...anto juga mau nyampe...akhirnya jebol juga dan disusul dengan orgasmenya tante yuni dan batangku menyemprot crott..crott...crott...dan tante pun berteriak..aughh....eennakk.....aakhhh.....akhirny a aku dipeluk tante erat sekali dan dicium dan diapun berkata terima kasih iya anto kamu pintar deh puasin tante
mengalirnya lendir kenikmatan dari vaginanya tante yuni
lalu kami rebah tiduran di atas ranjang tante yuni dan diapun bercerita bahwa dari rumahku dia sudah memperhatikanku dan dia juga suka denganku dan tante yuni juga menceritakan tentang suaminya kalau main dengan tante dia paling suka anal,aku terbengong2 mendengar pengakuan tante yuni koq memeknya tante yuni enak koq mau2 aja yang di dubur apa enaknya aku bertanya kepada tante yuni dan diapun menjawab mula2nya ya sakit lama2 enak koq,dan apakah anto pernah mencobanya akupun menjawab blom pernah tante kan jijik masak dimasukin kelobang patatnya tante,dan tante berkata kembali apakah anto mau coba...aku diam sejenak lalu menjawab boleh juga akhirnya dan tante juga diam tetapi tangannya tetap mengenggam batangku yang masih lemas,dan dia tidak melepaskanya tante yuni sangat sabar dia tetap aja mengurut2 batangku selang beberapa menit akhirnya bangun kembali
lalu tante bangun ranjang dia berjalan kemeja rias mengambil bungkusan kecil dan dia sobek ternyata sebuah condom lalu tante yuni menunduk kepalanya mengulum2 batang kemaluanku yang masih lengket karena peju tersebut setelah cukup lama tante memasang condom ke batang kemaluanku dan tante lansung celentang mengangkat tinggi kedua pahanya dan dia meludah ketangannya lalu di oles kelobang pantanya dan dia menarik tanganku sembari senyum sini to...coba masukin dih..biar kamu ngak penasaran
akhirnya kuikuti kemauan tante yuni kugenggam batang torpedoku kuarahkan kelobang duburnya yang dibasahi oleh ludahnya tante yuni,lalu kutekan pelan2 tante yuni memejamkan matanya dan mulutnya keliahatan sedang mengigit bibir bawahnya,dan kutekan kembali akhirnya masuk separuh dan kutarik lalu kutekan kembali lebih dalam dan tante yuni mendesis ssstttt....pelan2 ya to..lada perih sedikit tante yuni berkata dan aku menjawab kalau sakit jangan diterusin tante,aku merasa kasian sama tante yuni dan aku menjawab biar anto masukin aja kelobang memek tante aja,tapi tante tetap mau aku melanjukan,dan kutekan lagi lebih dalam akhirnya masuk keluruh batang torpedoku dilobang pantatnya dan yang kurasakan lobang pantatnya tante yuni lebih hangat dan mencengkram bila dibanding dengan vaginanya
kumasuki batang kemaluanku ke lobang analnya tante yuni
aduh to...pelan2 ya......
aku mendesah aghhh....enakkk..banget...lalu kumaju mundurkan pantatku dengan diiringi mengosok vaginanya dan ujung jarinya menekan masuk sampai kelobang memeknya tante yuni,aku tetap memajukan mundur pantaku dan tante yuni semakin cepat mengosok vaginanya dan mata sayu melirikku dan mulutnya sedikit terbuka lidahnya terjulur sedikit,aku melihatnya semakin terlangsang,selang beberapa lama tante yuni berkata anto...tante memeknya digosok koq semakin gatel....ya....terus anto...yang kencang...dengan batang terpedoku keluar masuk dilobang pantatnya akupun sangat menikmati terasa batang torpedo sesuatu akan terjang keluar aku berkata kepada tante yuni,tan..te...anto ngak tahan dah mo keeelluarrrr.....tantepun menjawab a..maaaa......tanteee...juga..mauu..keluarrr....aa gghhh.....aduhhhhh...nyammmpe...to...
setelah selesai anal lalu tante yuni mencabut kondom tersebut lalu dijilat dan ditelan lendir kenikmatan dihadapanku
akhirnya aku juga keluar berbareng dengan orgasmenya tante yuni dan aku dipeluk erat dan kakinya juga melingkar tubuhku setelah menjelang beberapa saat tante bangun dan masih duduk diranjang dan diraih batang kemaluanku dan di tarik keluar kondom dibatangku dan dipegang dengan dua jarinya diangkat kemukanya dan tante yuni mengulurkan lidahnya menjilat kondom tersebut menghadap keaku sembari kelilik kearahku lalu tersenyum,dan tantepun berkata ini cairan peju kamu sedap sekali tante suka koq kalau anto bisa negecrot dimulut tante,dan kata dokter kalau cairan peju sangat berprotein dan akupun berkata boleh pasti anto kasih kalau om pas ngak ada dirumah dan pasti datang dan kita bisa menikmati beberapa gaya lagi yang belom kita coba.
setelah jam menunjuk 12 malam dan hpku berbunyi ternyata ibuku telephon danibuku bertanya anto ada dimana dan aku menjawab dalam perjalanan pulang bu..dan hari berikutnya aku kepuncak menemani tante yuni dan kami melakukan beberapa gaya2 yang belom kami praktek,aku sangat puas dan menikmati bermain dengan tante yuni bila suaminya sedang keluar kota atau siang hari kalau sedang ngak kuliah
Labels:
Cerita Tante,
memek tante,
ngentot tante,
Tante Girang
Saturday, May 26, 2012
Oh Tante Ani ...
Cerita dewasa berikut bukanlah pengalaman pribadi aku, tapi dari cerita seks salah satu teman menceritakan pengalaman seksnya. Berikut ceritanya :
Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.
Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.
Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.
Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.
Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.
Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.
“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”
Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.
Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.
Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.
Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.
“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”
Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati.
Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.
“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.
Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.
Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.
Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.
“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.
Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.
“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.”
Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.
“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.
Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.
“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.
Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.
Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.
“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.
Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.
Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya.
Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.
Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani.
“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.
Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.
“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.
Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.
“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.
Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.
“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.
“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.
“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.
“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.
“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.
Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani.
“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.
Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.
“Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.
Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.
Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.
Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.
Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.
Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.
Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Ani.
Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.
“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.
Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.
“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.
Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.
“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.
Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.
Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.
“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.
Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.
Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.
Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.
Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.
“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.
Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.
“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah.
Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat ****** Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.
Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.
“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.
Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.
Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.
“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.
Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.
Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.
“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.
Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani.
“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.
“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani.
Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.
Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.
“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.
“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.
Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.
Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.
Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).
Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.
Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya
Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.
Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.
Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.
Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.
Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.
Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.
“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”
Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.
Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.
Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.
Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.
“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”
Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati.
Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.
“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.
Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.
Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.
Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.
“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.
Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.
“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.”
Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.
“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.
Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.
“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.
Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.
Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.
“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.
Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.
Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya.
Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.
Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani.
“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.
Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.
“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.
Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.
“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.
Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.
“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.
“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.
“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.
“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.
“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.
Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani.
“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.
Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.
“Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.
Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.
Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.
Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.
Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.
Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.
Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Ani.
Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.
“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.
Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.
“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.
Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.
“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.
Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.
Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.
“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.
Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.
Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.
Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.
Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.
“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.
Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.
“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah.
Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat ****** Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.
Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.
“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.
Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.
Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.
“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.
Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.
Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.
“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.
Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani.
“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.
“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani.
Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.
Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.
“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.
“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.
Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.
Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.
Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).
Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.
Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya
Labels:
Cerita Tante,
memek tante,
ngentot tante,
skandal tante,
Tante Girang
Subscribe to:
Posts (Atom)