Showing posts with label perselingkuhan. Show all posts
Showing posts with label perselingkuhan. Show all posts

Saturday, November 9, 2013

Obsesi dan Kenikmatan

AKU, SUAMI dan MANTAN PACARKU

Tak berapa lama kemudian, suara bel kamar berbunyi. Langsung saja Awang, suamiku beringsut menuju pintu tuk membuka dan memastikan kalo yang datang adalah Tatang. Benar juga, dilihat dari teriakan gembira kecil suamiku, aku pastikan kalau itu adalah Tatang. Deg..dadaku terasa semakin tidak berirama dan semakin cepat manakala Tatang mulai memasuki kamar ini. Kulihat dia melemparkan senyum manisnya kediriku sambil menyapa “Bagaimana kabarmu, Yan? ujarnya ramah.

“Baik, bagaimana denganmu?” balasku ke dia.

“Baik juga, oh ya kamu terlihat sexy ya sama seperti terakhir kita ketemu dulu” ujarnya merayuku.

“Ah,.. kamu ada-ada saja, biasa aja lagi” ujarku dengan tersipu malu.

Jujur, rasanya aku mulai menikmati permainan ini. Yach, bisa dibilang
Tatang sekarang lebih terlihat tampan daripada dulu, aku sungguh-sungguh dibuatnya panas dingin dengan penuh rasa tidak percaya bakal bertemu dengannya lagi. Namun, itu tak berlangsung lama setelah suamiku memecahkan kebisuanku dengan memintaku tuk berganti baju. Segera saja kupenuhi dengan menuju kamar mandi. Disana aku memilih lingerie yang warna hitam, dengan kainnya yang tipis sehingga apapun yang ditutupi akan tersetak dan terlihat jelas, ditambah jenis celana dalamnya yang sangat mini, bisa dikatakan hanyalah penghias karena celana itu ga sepenuhnya menutupi vaginaku ini.

Segera saja, dengan perasaan berdebar-debar keberanikan diriku melangkah menuju Tatang dan suamiku yang sedang berbincang-bincang. Saat mereka menyadari kehadiranku dengan pakaian ini, terlihat sekali ekspresi Tatang yang telihat kaget penuh nafsu memandangku.

Serta merta dia beringsut dari tempat duduknya menujuku. Dengan pelan dan penuh penghayatan, dia memberanikan diriku memelukku dengan hangatnya. Kulirik suamiku, ternyata dia memperhatikan kami dengan seksama. Tak kulihat ada raut muka ketidak setujuannya terhadap perlakuan tatang kepadaku. Hal itu memberiku keberanian tuk mencium bibir Tatang.

“Ehm..muach…oohh..” rintihku disaat bibirku dibalas dengan
pagutannya yang melumat bibirku ini dengan ganasnya.

“Kamu sungguh sexy
sekali yani” ujarnya kepadaku.

Tak Cuma itu saja, kedua tangannya yang
semula memelukku mulai berani mempermainkan buah dada dan vaginaku. Gesekan demi gesekan yang dilakukannya padaku menambah birahiku semakin tinggi. Aku sangat menikmatinya, sampai ta kusadari aku berdesis penuh
kenikmatan.

"Oh, Tatang..ehmm..ohh enak Tang..” ujarku lirih disaat dia
mulai memainkan bibir dan lidahnya ke payudaraku.

Sungguh ga kukira aku
bisa menikmatinya seperti ini. Satu persatu bajunya dia copot dengan tak sabarnya tuk ingin merengkuhku lebih. Segera saja dia mulai menuntunku ke tempat tidur dengan menyisakan celana dalam saja yang dia pakai. Kemudian dengan pintarnya sambil mengulum payudaraku, tangan satunya telah memainkan klitorisku dengan hebatnya.

“Ooh..Tatang,
sayang..hmm..oochh..enak sekali, terusss..sayaaang” pintaku tuk jangan menghentikan aktivitasnya.

Terasa bawah vaginaku telah mengalir cairan
bening dengan derasnya. Sambil bersungkut dan senyum kepadaku, dia melepaskan celana dalamku.

“Oh..apakah persetubuhan ini akan
terjadi” batinku dalam hati.

Antara menikmati dan bimbang aku beranikan
diri memegang penisnya yang sudah dari tadi tegak berdiri. Kuelus-elus batang penis itu.

“Oh tuhan, inikah penis Tatang?”ujarku dalam hati.

Sungguh penisnya sangat kokoh, keras, dan kulihat sangat menabjubkan. Meskipun kurang lebih sama dengan punya suamiku, namun penis tatang punya kekhasan yaitu agak bengkok kesamping dengan kepala penisnya yang besar dan merah saat kulihat seksama. Dengan naluriah kucium dan kukulum penisnya sambil kujilati scrotum-nya.

“Oh..enak banget Yan, aku dah
memimpikan hal ini sejak lama” ujarnya kepadaku.

Ternyata semenjak aku
pacaran ama suamiku dulu, aku adalah fantasi sex baginya. Kurang lebih 5 menit aku mengulum penisnya sampai akhirnya dia mendorongku tuk berbaring di tempat tidur. Kemudian giliran dia yang meng-oral vagina ini. Sangat ga kusangka, dia belajar dimana bisa mengoral seenak ini.

Pertama dia sapukan lidahnya dari bawah ke atas, kemudian memutar2kan beberapa saat dibagian atas yang kemudian dilanjutkan ketengah. Begitu saja terus menerus dia lakukan hal itu. Sampai akhirnya..

”Oochh..Tang..aku mau KELUAAARR” erangku sambil menggapit
kepalanya dengan kedua pahaku sambil menjambak rambutnya.

“OOhh…sstttss..ohh enaknya sayang…” erangku lagi mengiringi orgasmeku yang pertama.

Beberapa lamanya aku dibiarkannya tuk menikmati orgasmeku,
yang kemudian dengan lembutnya dia membuka pahaku kesamping. Oh..rasanya persetubuhan ini akan terjadi. Saat kulirik ke suamiku, tampak dia dah mulai menggosok-gosokkan penisnya dengan tangan. Ada rasa kagum tersendiri dan begitu sexy sekali diriku disaat bisa orgasme didepan suami dan tentunya Tatang pastinya.

Kemudian mulai Tatang menindihku dengan menggosok-gosokkan penisnya ke vaginaku. Wah, sensasi ini sungguh amat sangat menyiksa batinku. Belum usai kenikmatan atas orgasme yang barusan kudapatkan harus merasakan kenikmatan gesekannya.

“OOcchh..Ach..Hmm..Achh.enak banget..masukin
cepat Tang..Achh?!” ujarku ta sabar menerima penisnya dalam vaginaku.

Segera setelah itu, dia mengarahkan penisnya ke vaginaku. Bless..Ochh, enak banget apalagi disaat dia mulai memaju mundurkan penisnya itu. Tangannyapun ta ketinggalan dengan meremas-remas kedua payudaaraku ini sungguh ta terbayangkan rasanya.Ta berapa lama kemudian

”Occhhh..ahh..Ochhh..aku kellluuaaarr laagiii”.
Achhh..”jeritku sambil merengkuh tubuh Tatang dengan eratnya.

Benar-benar nikmatnya, ternyata benar adanya hal ini membuat kenangan tersendiri buat kami. Segera sesudahnya Tatang memintaku tuk posisi jongkok. Disini aku dah tau apa yang dimauinya, karena aku dan suamiku sering melakukan posisi ini. Kemudian mulai lagi pergulatan kami, dengan nafas dan keringat yang bercucuran pada diri kami masing-masing, Tatang tetap mempertahankan posisi itu dengan menyodok berulang-ulang. Tampak terlihat dari mukanya dia begitu suka dengan posisi ini. Begitu juga denganku, bagi para wanita posisi ini memberikan stimulasi maksimum pada liang vagina yang sudah dalam fase nikmat. Hingga akhirnyaa…

” Acchh..aku
keluar Yani…OOchh…..crott..croot..crott..” dia muntahkan spermanya di pantatku.

Hingga beberapa lamanya dia diam membisu dengan mata terpejam
coba menikmati semaksimum mungkin orgasmenya itu.

Sunday, August 25, 2013

Rekan Kerja di Kantor

Rekan Kerjaku di Kantor.....Rekan Kerjaku di Ranjang

Sudah cukup lama Ratih menunggu Tom. Setengah jam lebih. Sebelum akhirnya Tom tiba dan datang menemui Ratih yang sedang duduk di sofa, di lounge sebuah hotel bintang lima di kota Jakarta. Mereka akan mendiskusikan masalah budget tahunan dari bagian Treasury yang harus dikerjakan Ratih. Seperti diketahui, Tom atau nama panjangnya Tommy Hudson yang berkebangsaan Inggris adalah Treasury Head dan Ratih adalah Unit Manager pada bagian Treasury sebuah Cabang Bank Asing di Jakarta. Agar lebih santai mereka bersepakat untuk bertemu setelah jam kantor di hotel tersebut untuk mendiskusikan masalah budget tersebut.

Tom muncul dengan penampilan yang charming sore itu, membuat Ratih agak terpesona. Tom mengenakan kemeja favoritnya. Penampilan Tom sore ini benar-benar membuat Ratih menilainya lebih dari orang-orang yang lalu lalang di depan situ sepanjang sore ini. Tom tersenyum menyapa Ratih, mereka berjabat tangan seperti umumnya dua orang profesional yang akan membicarakan masalah bisnis. Tom duduk di depan Ratih, lalu setelah sedikit berbasa-basi, mereka membuka map masing-masing dan mulai membicarakan angka-angka. Tom benar-benar menguasai bidangnya, sehingga sejujurnya Ratih perlu berpikir keras untuk bisa mengimbanginya dan mencari celah-celah yang bisa menguntungkan unit yang dipimpin Ratih dalam hal pengalokasian biaya.

Namun sepanjang pembicaraan, Ratih sering memergoki mata Tom tidak selalu menatap kertas-kertas kerja mereka. Pandangan Tom sering mengarah ke tempat-tempat lain di tubuh Ratih. (Sekedar informasi agar pembaca lebih mudah menghayati cerita ini, Ratih memiliki tinggi badan 156 cm, berat badan 49 kg, bentuk badan slender, tidak serba mungil, rambut pendek seleher, dengan wajah blasteran Cina-Jepang, Ratih juga mengenakan kacamata minus). Sore itu Ratih mengenakan blazer biru muda dan rok mini dengan warna yang sama. Di balik blazer itu, Ratih mengenakan kaos ketat berwarna kuning, yang membuat kecerahan warna kulitnya lebih menonjol.

Ratih sering memergoki pandangan Tom mengarah ke paha dan tungkainya yang putih mulus itu. Kadang-kadang mata nakalnya yang genit itu juga sering terarah pada leher dan kaos Ratih yang mungkin memang cukup ketat, meski masih tertutup blazer. Pada satu saat, pandangan mata mereka bertemu. Ratih mengerutkan dahi dan Tom malah tersenyum nakal.

"Kok kayaknya kita tidak terlalu serius membicarakan ini?", tanya Ratih.

"Agak sulit untuk serius dengan kondisi seperti ini", jawab Tom sambil terus menatap ke dalam mata Ratih.

"Yah..., lantas kita mesti gimana?", tanya Ratih lagi.

"Mungkin kita tunda sampai besok pagi, sekarang sudah di luar jam kerja kan?", jawab Tom enteng.

"Baik.., ide bagus, kalau begitu kita pulang saja", jawab Ratih sambil mengemasi kertas-kertas kerjanya dari meja kecil itu.

"Atau mungkin bisa kita bicarakan secara agak santai sambil makan malam?", ajak Tom.

Ratih sempat terpikir akan apa yang ada di otak Tom waktu itu, namun demi karirnya, Ratih memilih untuk membuang pikiran itu jauh-jauh. Namun Tom tersenyum manis sambil mengangkat bahu.

"Gimana?", tanyanya sambil tetap menyunggingkan senyum, memancarkan daya tariknya.
"Hm..., terserahlah", akhirnya jawab Ratih setelah cukup lama menimbang-nimbang.

Tom mengajak Ratih untuk naik ke mobilnya. Mobil kantor yang selama ini dipakainya sehari-hari. Ratih menyukai suasana di dalamnya. Benar-benar menggambarkan kepribadian Tom, kepribadian khas seorang pria yang berasal dari Inggris. Ratih memandangi sudut-sudutnya, dan mengagumi selera Tom. Sepanjang jalan, mereka tidak banyak berbicara. Ratih mengamati Tom yang sedang memegang kemudi. Wajah, tubuh, otot-otot dan cara Tom berpakaian, hmm..., sangat mengesankan. Ups! Ratih buru-buru memandang ke depan ketika Tom tiba-tiba menengok ke arahnya. Dari sudut mata, Ratih dapat melihat bahwa Tom tersenyum nakal karena memergoki Ratih mencuri pandang ke arah Tom. Dan naluri pria Tom mengetahui bahwa Ratih sedang mengaguminya. Lalu Tom kembali memandang ke jalan sambil tersenyum puas merasa menang.

Setelah mereka tiba di sebuah hotel berbintang tiga yang terkenal akan restorannya yang baik, mereka turun dari mobil. Tom membukakan pintu untuk Ratih. Entah sengaja atau tidak, mereka bertabrakan. Dada Ratih bersentuhan dengan lengan Tom, dan mereka masing-masing bukan tidak tahu itu. Ratih mencoba untuk tetap cool namun Tom tersenyum, seolah-olah tahu bahwa kedua putik di ujung dada Ratih sedang agak menegang karena bersentuhan dengan lengannya tadi. Lalu mereka berjalan masuk.

"Hm, apakah kita makan di Coffee Shop atau memesan room service saja?", tanya Tom ketika mereka memasuki lobby.

Sejujurnya, Ratih menyukai cara pendekatan Tom yang soft namun terarah itu. Tanpa banyak berpikir, Ratih hanya menjawab singkat, "Terserah kamu saja". Ratih mengucapkan kalimat itu sambil melirik ke mata Tom dan sedikit menyipitkan mata, memberi tanda setuju dengan apa yang Tom pikirkan. Lagi-lagi Tom tersenyum nakal menggemaskan.

Lalu Tom segera mendatangi meja resepsionis untuk check-in. Kamar yang mereka tempati tidak terlalu luas, meski cukup mewah untuk ukuran hotel berbintang tiga. Sebuah ranjang king size tertata rapi menghadap ke set televisi. Dinding di belakang set televisi itu dilapisi oleh cermin sepenuh tembok, sehingga ruangan itu terkesan lebih luas. Secara refleks, Ratih melirik ke cermin itu, dan merapikan poni di dahinya serta membetulkan letak kacamatanya dengan jari tengah. Tom melemparkan tubuh tegapnya ke ranjang dan mengamati Ratih yang sedang bercermin.

"Kamu mau pesan apa?", tanya Tom sambil mengangkat gagang telepon di meja kecil di samping ranjang.

"Apa kamu mau langsung makan?", jawab Ratih sambil memandangnya dari cermin.

Tom terdiam karena tidak mengharapkan reaksi Ratih yang begitu direct. Ratih membalikkan tubuhnya dan menatap ke mata Tom. Dengan pelahan Ratih membuka satu persatu kancing blazernya, sambil melangkah mendekati ranjang. Setelah semua kancing blazernya terbuka, Ratih menaikkan lutut kirinya ke atas ranjang, dan menurunkan blazernya hingga kedua bahunya terlihat karena kaosnya yang sangat ketat itu berpotongan tanpa lengan. Mata Ratih menatap ke arah Tom sambil sedikit menyipit.

Secara refleks, Tom mulai membuka satu-persatu kancing kemejanya, sedikit demi sedikit menampakkan dadanya yang bidang, tegap menggairahkan. Lalu dengan gerakan yang amat cepat, Tom melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke samping, lalu bangkit dan menabrak tubuh Ratih, memeluk, dan menghujankan ciuman-ciuman hangat ke leher dan rahang Ratih. Ratih menengadahkan kepala menikmati ciuman Tom yang hangat dan bertubi-tubi itu. Tom menarik lepas blazer Ratih dan melemparkannya ke sudut ruangan, tangan Tom juga menarik kaos Ratih ke atas dan melepaskannya dari tubuh Ratih yang mulai berkeringat. Lalu Tom menarik Ratih hingga kini rebah telentang di ranjang besar itu.

Ratih menyukai cara Tom itu, dan dia begitu menikmatinya. Ratih hanya telentang di ranjang itu dan pasrah sepenuhnya pada Tom. Menatap Tom yang kini sedang berdiri di dekat ranjang sambil mengawasi tubuh Ratih yang telentang dengan hanya bra putih dan rok mini yang agak tersingkap ke atas. Ratih memandang Tom dengan setengah terpejam dan jari-jarinya bergerak ke bibir Ratih, merabanya, dan turun pelan-pelan ke leher, ke dada, mengait bagian leher kaosnya dan menariknya sedikit. Tangan Ratih yang lain bergerak mengusap pinggangnya, bergerak ke tengah dan berhenti di bawah gesper sabuknya. Tom segera bereaksi, naik ke ranjang dan mulutnya mulai menjelajahi wajah Ratih. Tangan Ratih bergerak untuk melepaskan kacamatanya, Tom menggerakkan hidungnya menelusuri telinga kiri Ratih, menurun ke leher Ratih.

"Aduuuhh..., aahh..., ssshh", Ratih kegelian hingga agak menggelinjang dan mengangkat bahu kirinya yang segera dijilati oleh Tom. Hangat dan lembabnya lidah Tom terasa begitu nikmat, membuat Ratih kian pasrah saja. Tom menarik tali bra Ratih ke bawah agar lidahnya lebih leluasa menjilati pundak Ratih yang halus mulus, bulu kuduk Ratih berdiri semakin tegak merasakan itu semua. Tom semakin bergairah, kedua tangannya membuka kaitan bra Ratih yang ada di bagian depan. Dan terlihatlah olehnya kedua bukit payudara Ratih yang tidak terlalu besar, namun kencang berwarna kuning cerah. Di puncaknya terdapat dua tonjolan kecil merah jambu yang dikelilingi lingkaran coklat muda.

Untuk beberapa detik Tom terdiam menyaksikannya. Ratih hanya dapat menatapnya dengan pandangan meminta, menatap tegapnya tubuh Tom inci demi inci dan membayangkannya melekat, menyatu dengan tubuhnya. Dengan mata yang terfokus pada wajah Ratih, kedua tangan Tom mulai bergerak menyentuh kedua payudara Ratih, mengusap, meraba dan meremasnya dengan lembut. Jari-jari Tom dengan halus bergerak-gerak di atasnya, melingkar-lingkar tanpa menyentuh putingnya. Ratih makin menyipitkan matanya dan memandang mata Tom dengan memelas.

"Aughh.., aughh", Ratih merintih lirih. Tom menanggapinya dengan cara meletakkan bibirnya melingkupi puting kiri Ratih. Membuat Ratih agak terhenyak dan menggeliat keras, namun kedua lengan Tom memeluk pinggang Ratih dan menahannya bergerak lebih jauh. Kini mulut Tom dengan pelahan namun tegas segera memainkan puting kiri Ratih. Lidahnya mengait-ngaitnya, bibirnya mengisap-isapnya.

"Ngghh..., aahh..., Tooomm", Ratih merintih lirih sambil menyebut nama Tom. Mulut Tom menarik puting kiri Ratih dan membiarkannya terlepas. Tom dapat melihatnya menjadi bersemu merah dan tegak mengacung ke depan. Puas dengan karyanya itu, Tom beralih ke puting kanan Ratih, menciumnya dan menggigitnya dengan lembut dan perlahan-lahan.

"Akhh..., hhmm", Ratih kembali mengerang-ngerang ketika merasakan puting kanannya mendapat jilatan dan isapan Tom, sementara puting kirinya yang telah membengkak itu berada di antara telunjuk dan ibu jari Tom yang memilin-milinnya pelan. Kedua alis mata Ratih seperti menyatu di tengah keningnya yang mengerut, kedua matanya terpejam rapat, gigi Ratih terkatup namun bibirnya setengah terbuka, mendesah dan mengerang menahan rasa geli bercampur nikmat yang datang bertubi-tubi pada bagian badannya yang paling sensitif itu. Tom mulai merasakan betapa puting kanan Ratih mulai menegang dan mengeras di dalam mulutnya yang dengan rakus mengisap-isapnya. Rintihan dan erangan Ratih terdengar memenuhi ruangan.

Tiba-tiba Tom menarik tubuh Ratih hingga terduduk. Tom duduk di belakang tubuh Ratih sambil mulutnya menjilati bahu dan leher Ratih yang halus. Ibu jari tangan kanan Tom menjentik-jentik puting kanan Ratih sementara telunjuknya bermain di puting kiri Ratih, membuat Ratih kian tak mampu menahan birahi. Apalagi ketika tangan kiri Tom menarik rok mini Ratih ke atas, lalu menyelip di balik celana dalamnya. Dengan segera telunjuk kiri Tom menemukan bibir kewanitaan Ratih yang telah lembab, lalu jari nakal Tom itu bergerak seperti mencungkil-cungkil, menggosok bibir kewanitaan Ratih, dan menjentik-jentik tonjolan kecil di atasnya. Ratih menggeliat-geliat tak karuan menahan semuanya. Rasanya sulit untuk bernafas. Mata Ratih terbuka sedikit, dan dari cermin di dinding itu Ratih bisa melihat betapa rakusnya Tom mempermainkan tubuhnya yang sudah hampir tanpa daya itu.

"Ohh..., aahh..., aduuuhh", Ratih hanya bisa merintih sekenanya untuk bertahan dari serangan-serangan birahi Tom. Tanpa Ratih duga sebelumnya, jari tengah tangan kiri Tom menyusup masuk ke liang kewanitaannya, "Ehgggg....", Ratih menjerit tertahan ketika merasakan sesuatu memasuki tubuhnya lewat tempat sensitif itu. Tom semakin buas, jarinya bergerak berputar-putar di dalam liang kewanitaan Ratih, sementara tangan kanan Tom terus meremas-remas payudara Ratih yang kini terasa ngilu namun nikmat.

Ratih menyandarkan kepalanya di dada Tom, tubuhnya bergetar tak kuat menahan birahi. Tangan Ratih bergerak ke atas dan memeluk leher Tom. Rupanya mereka sudah sama-sama menginginkannya, Tom segera menghempaskan tubuh Ratih hingga kembali telentang di ranjang. Dengan gerakan sigap Tom menyingkapkan rok mini Ratih, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, dan menyingkap celana dalam Ratih ke samping. Tangan Tom membimbing penisnya yang besar dan panjang itu menyentuh bibir vagina Ratih yang telah dibanjiri cairan pelumas, lalu dengan segenap kekuatan Tom menekan penisnya dalam-dalam.

"Aduhh..., aahh..., eeennngg..., ooooohh", jerit Ratih ketika merasakan terobosan penis Tom ke dalam vaginanya. Tom segera menggerakkan tubuhnya dengan cepat maju mundur, membiarkan penisnya menggosok dinding vagina Ratih dengan kencang dan bertenaga. Kedua tangan Tom dengan gemas terus meremas payudara Ratih sambil memilin-milin putingnya. Ratih hanya bisa merintih dan mengerang keras-keras, kepala Ratih terlempar ke kiri dan kanan merasakan sodokan-sodokan penis Tom yang membuatnya lupa diri karena digempur kenikmatan yang begitu luar biasa. Gerakan-gerakan Tom kian cepat hingga tubuh Ratih terhentak-hentak. Matanya terpejam-pejam tak mampu menahan kenikmatan yang luar biasa ini. Kedua tangan Ratih mencengkeram bantal di bawah kepalanya.

"Aaduuhh..., enaakkk..., ssekaallii..., Toom", Ratih benar-benar tak mampu menahannya lagi, terlalu nikmat.

Ratih dapat merasakan dinding kewanitaannya kian licin karena cairan pelumas makin banyak membanjirinya. Namun di situ penis tetap dengan perkasanya mengikis dinding-dindingnya. Ratih meringis keenakan sementara Tom terus saja menghunjam-hunjamkan penisnya yang amat besar dan keras itu ke dalam vagina Ratih, sambil meremas kedua payudaranya dan menatap wajah Ratih yang kini berekspresi menahan nikmat. Ratih tak tahu bagaimana dengan Tom, namun Ratih benar-benar tak mampu lagi bertahan. Gelombang-gelombang kenikmatan terlalu buas menerpa tubuhnya yang kini tak berdaya. Otot-otot kewanitaannya terasa menegang berusaha menjepit kejantanan Tom yang terus saja bergerak keluar masuk.

Akhirnya, sesuatu terasa meledak di seluruh tubuh Ratih. Badannya melengkung, punggungnya terangkat dari ranjang. Untuk sesaat seluruh tubuhnya mengejang. Gigi Ratih bergemeretak menahan hantaman gelombang orgasme itu. Pandangannya seperti kabur dan semuanya tampak putih. Lalu kenikmatan yang begitu intens itu merenggut seluruh energinya. Ratihpun lunglai tak berdaya di tangan Tom. Kini tinggallah Tom yang dengan leluasa dan rileksnya membolak-balik tubuh Ratih. Setelah Tom menumpahkan semuanya ke dalam vagina Ratih, barulah dia berhenti. Lambat laun Ratih mulai pulih. Terlihatlah plafon kamar yang putih dan bertekstur. Seluruh ruangan pun mulai terlihat jelas. Namun kenikmatan itu belum hilang. Kenikmatan di seluruh tubuhnya yang baru saja Tom berikan.

Ratih menengok ke samping dan mendapati Tom terbaring di situ menatap wajah Ratih yang masih tampak kelelahan. Lalu mereka berdua berpelukan erat. Tubuh mereka terasa amat menghangatkan. Lalu mereka terbang ke alam mimpi.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Wednesday, July 31, 2013

Selingkuh dengan Ayah Tiri

PERSELINGKUHAN AKU & AYAH TIRIKU.......

Your Ad Here

Kalau kini kuungkapkan kisah kehidupan asmaraku, itu berarti aku sudah tidak mampu lagi menyimpan rahasia ini seorang diri. Aku tahu, aku telah bermain api dengan berselingkuh dengan ayah tiriku. tetapi aku benar-benar telah tenggelam di dalam pesona permainan seks ayah tiriku.


Semuanya berawal ketika aku kehilangan ayah kandungku pada usia 18 tahun. Ketika itu, roda ekonomi keluarga kami tidak terlalu terguncang, karena Ibu pandai mencari uang. Semasa ayah masih hidup, Ibu sudah menopang ekonomi keluarga dengan bisnis kateringnya. Oleh karena itu, sepeninggal Ayah,Ibu tidak berpikiran untuk mencari penggantinya, lantaran terlalu sibuk mengurusku dan kedua adik laki-lakiku.


Dua tahun berselang setelah kematian Ayah, tiba-tiba kami dikejutkan dengan perkataan Ibu yang mohon restu untuk menikah kembali dengan Pak Juwono(45). Kami memang sudah mengenalnya dengan baik, karena dia sering bertandang kerumah kami. Namun, kami berpikir Pak Juwono hanyalah teman baik Ibu. Sebab Pak Juwono bertamu ke rumah kami seperti halnya tamu-tamu yang lain. Lebih-lebih Ibu juga bersikap biasa-biasa saja. Ibu tidak menunjukkan dalam kondisi tengah jatuh cinta.


Kami semua merestui keinginan Ibu untuk menikah lagi. Pertama, karena usia Ibu masih tergolong muda, 38 tahun, untuk mengarungi hidup ini sendirian. Kedua, karena kami tahu bahwa Pak Juwono berstatus duda tanpa anak. Pak Juwono adalah pria yang matang, penyayang,dan bertanggung jawab. Aku dan kedua adikku sudah cukup dekat dengannya.


Masuknya Pak Juwono sebagai anggota baru keluarga kami memang membawa warna-warna lain dalam kehidupan keluarga kami. Aku pribadi sangat senang dengan adanya figur seorang ayah pengganti. Terus terang, sebagai anak perempuan satu-satunya aku haus akan perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Apalagi di usia 20 tahunan aku ingin ada yang menuntunku dalam urusan cinta dan berhubungan dengan pria. Aku harap bisa menimba pengalaman dari ayah tiriku ini.


Kedekatanku dengan ayah tiriku membuat Ibu bangga. Beliau senang melihat kami semua akrab dengan suami barunya. Bahkan, boleh dikatakan aku bersikap agak manja kepadanya. Setiap pulang sekolah, aku pasti segera mencari ayah tiriku untuk menceritakan pengalamanku di kampus. Beliau akan dengan sabar mendengar ceritaku, kemudian dengan bijak menasihatiku bila ada hal-hal yang dianggapnya tidak 'sesuai'.


Kadang-kadang atas ijin Ibu, aku mengajak ayah tiriku berjalan-jalan ke mall. Setelah mencicipi hidangan fast food kami mampir untuk nongkrong di toko buku. Aku mempunyai hobi membaca buku filsafat dan psikologi, sama seperti beliau.

Tanpa kusadari aku semakin dekat dan semakin akrab kepada ayah tiriku, aku sudah semakin cuek aja dan tidak malu lagi semisalnya keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk mandi sebagai penutup bagian-bagian tubuhku yang vital dihadapan ayahku. Dan kadangkala ayahku pula yang menggendongku ke tempat tidurku apabila aku kedapatan ketiduran di ruang tamu karena ketiduran akibat mataku yang kelelahan karena membaca buku ataupun menonton telivisi.

Lama-kelamaan aku semakin mengagumi sifat-sifat kedewasaan yang dimiliki oleh ayah tiriku, dan ada rasa perasaan khusus tertentu yang tidak bisa kuterjemahkan, entahlah apakah itu adalah perasaan cinta? Mungkin itulah alasannya aku selalu menampik setiap pernyataan cinta yang dilontarkan oleh teman-teman priaku. Terus terang aku tidak tertarik dengan teman-teman pria sebayaku yang cenderung manja dan kekanak-kanakan. Sebaliknya aku mengagumi pria-pria yang dewasa dan matang. Rasanya aku betah berada disisi mereka untuk mendengar cerita ataupun nasehat-nasehatnya, dan itu semuanya kudapatkan penuh dari ayah tiriku ini.

Rupanya gejala ini juga dirasakan dan ditangkap oleh ayah tiriku. Kalau sebelum pergi ke suatu tempat, aku biasa mencium pipi Ibu dan Ayah tiriku. Sekarang bila ibu tidak ada, Ayah akan membalas mencium pipiku. Semula aku merasa kaget dan ada sedikit perasaan malu, bukan kenapa-kenapa ini adalah ciuman pertama dari seorang laki-laki kepadaku dan sekaligus adalah ayahku. Bahkan pernah suatu waktu aku terperangah ketika ayah tidak hanya membalas mencium pipiku, melainkan juga bibirku. Melihat wajahku memerah, karena aku belum pernah pacaran, Ayah hanya tersenyum simpul.

Kejadian seperti itu terus berulang ketika ibuku ada di dapur dan kebetulan aku berpamitan mau ke kampus. Dan akupun mulai terbiasa dengan 'pamitan' gaya baru dari ayah tiriku. Semakin lama kami berani melakukannya lebih lama, kami pernah melakukannya selama beberapa menit dengan panasnya. Kalau tidak mengingat Ibu yang ada di dapur yang sewaktu-waktu bisa memergoki mungkin ayahku tidak akan melepaskanku dari pagutannya.

Beberapa waktu berselang, suatu saat Ibu harus menjenguk salah satu keponakannya yang dirawat di rumah sakit di Bogor. Kebetulan kedua adikku telah memasuki masa liburan sekolah dan keduanya mengantar dan menemani ibu selama di Bogor. Alhasil hanya aku dan Ayah tiriku yang ada di rumah sekarang ini. Menyadari tidak ada orang lain, sebenarnya hatiku berdegup kencang menyadari saat-saat yang tidak terduga tinggal berdua saja dengan Ayah tiriku yang amat kukagumi.

Ketika aku pulang kuliah menjelang sore hari, beliau sudah menungguku di teras rumah dan terlihat kegembirannya yang terbias di matanya ketika menyambut kepulanganku.

"Pulangnya kog malam, Non?" tanya ayah dengan senyum khasnya.

Aku menjawab dengan santai, "Tadi jalan-jalan dengan teman Yah. "Senyumnya mendadak agak hilang ketika keceritakan aku berjalan-jalan dengan teman-teman cowok kampusku. Aku tertawa dalam hati melihat sikap ayah tiriku yang terlihat sedikit menyimpan rasa cemburu.

Sehabis mandi seperti biasanya aku tetap hanya menggunakan handuk melalui ayah menuju ke arah kamarku.
"Nia, apakah cowok yang menemani kamu adalah pacar kamu?", selidik ayah tiriku.
"Sebentar ayah, Nia mau berpakaian dulu, dan nanti akan Nia ceritakan seluruhnya ke Ayah", jawabku sambil tetap menuju ke arah kamarku, sepintas kulihat ayahku seperti berdiri dari sofa tempat duduknya. Aku menutup pintu kamar dan mulai mengeringkan rambutku dengan menggunakan kipas angin yang kunyalakan.

Tiba-tiba aku mendengar suara derit pintu kamarku terbuka dan kulihat ayah tiriku berjalan masuk menghampiriku. Karena aku masih terbalut dengan handuk aku cuek saja menerima kehadiran ayah tiriku meskipun sesungguhnya hatiku terasa dag dig dug.

"Aduhh.., ayah nih kog penasaran amat sih, dibilang entar juga pasti diceritain", kataku menggoda sembari tetap mengeringkan rambutku yang masih agak basah.
"Nia, kamu serius yah berpacaran dengan cowo yang tadi itu?", masih dengan penasaran ayahku terus menanyaiku.
"Hmm..., Kalo ya kenapa..., kalo tidak juga kenapa?" tanyaku memancing perasaan ayah tiriku.
"Kamu bandel yahh..., udah main rahasia-rahasiaan" ucapnya seraya tiba-tiba tangannya menggelitik pinggulku.

Aku tergelitik kegelian sambil meronta-ronta kecil untuk melepaskan dari gelitikan tanggannya. Ayahku tetap menguber-uberku sambil tetap menggelitik seluruh tubuhku, sampai akhirnya kita berdua jatuh ke ranjang dan ayah tetap saja menggelitik seluruh badanku. Sampai akhirnya kita berdua cekakak cekikikan dan akihirnya aku berteriak-teriak kecil minta ampun supaya Ayah menghentikan gelitikannya. Begitu ayah menghentikan gelitikannya tubuhku terasa lemas dan kami berdua ngos-ngosan akibat kehabisan nafas. Ayah tiduran disampingku di atas ranjang sambil tetap memperhatikan wajahku yang masih bersimbah peluh. Aku mencoba menarik napas panjang sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lemas yang kurasakan.

Tiba-tiba aku merasakan ciuman lembut menempel di bibirku, namun aku merasakan pagutan ciuman kali ini lebih terasa dan lebih rileks, mungkin karena Ibu tidak ada di rumah. Akupun membiarkan bibirku dilumat dengan lembut, baru kali ini ciumannya membuatku terasa terbang diawang-awang. Tanpa disadari tangan ayah yang tadi mengelus lembut pinggulku..., telah melepas handuk penutup tubuhku. Akupun baru sadar bahwa aku telah tidak berpakaian. Sebelum aku sempat berpikir banyak, ayahku sudah memelukku kembali dengan eratnya seraya mengelus-elus rambutku yang panjang. Terus terang aku sangat terlena dengan sentuhan kasih sayangnya ini.

Ketika ia mengangkat wajahku, aku menundukkan wajahku yang bersemu merah. Aku bisa mendengar suara detak jantung ayah yang berdegup kencang saat matanya menyapu dengan bersih seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang sudah tidak terlindung apapun. Ayah mengelus bibirku dan tiba-tiba memagutnya kembali dengan penuh nafsu. Aku hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan yang baru kurasakan ini. Bahkan aku mulai berani membalas pagutannya. Ayah kemudian menyeretku kedalam pangkuannya di atas ranjang. Kami terus berciuman, hingga tangannya mulai bergerak mengelus ke daerah-daerah tubuhku yang paling sensitif.

Aku menjerit kecil ketika kurasakan tangannya yang nakal menyentuh dan meremas-remas dengan lembut payudaraku. Sambil melumat bibirku, ayahku secara perlahan-perlahan berusaha melepaskan seluruh pakaiannya. Aku menjerit kecil tertahan tatkala penis ayahku keluar dari celana dalamnya dan dalam keadaan sangat panjang dan 'tegak', baru kali ini aku menyaksikan secara dekat penis seorang lelaki, bentuknya panjang mengeras dan dibagian ujung kepala penis ayah membesar dan berkilat-kilat bagai jamur. Belum sempat logikaku berjalan,ayah sudah kembali memeluk dan mencumbuku kembali, kini kami sama-sama bergumul dengan panasnya tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami.

Mataku terpejam rapat sambil berteriak tertahan saat ayah tiriku mencumbui organ kewanitaanku. Ada rasa nikmat luar biasa yang kurasakan, hingga setiap beberapa saat badanku menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuhku. Sampai akhirnya aku merasakan benda panjang dan hangat menyeruak memasuki vaginaku. Saat itulah aku mempersembahkan keperawanan, kehormatan, jiwa ragaku kepada ayah tiriku. Kami bersetubuh tanpa mempedulikan waktu, terus berpacu dan berpacu meliwati klimaks demi klimaks hingga hampir menjelang subuh badan kami sama-sama lemas karena merasakan klimaks yang berkali-kali hingga akhirnya kami rubuh dan tidur berpelukan dalam satu ranjang dengan perasaan puas.

Terus terang pengalaman pertamaku berhubungan seks membawa kesan yang luar biasa dalam hidupku. Aku sama sekali tidak merasakan kesakitan karena ayahku tahu persis bagaimana menjalankan permainan seks kami dengan sebaik mungkin. Malam pertama kami, kami lewatkan dengan mengulang permainan seks hingga tiga kali. Ketika tak berdaya lagi, kami baru berhenti. Seminggu ditinggal Ibu dan adik-adik membuat aku dan Ayah benar-benar menikmati petualangan asmara

Selama hampir setahun menjalin asmara diam-diam dengan ayah, Ibu mulai curiga. Apalagi, Ibu mengetahui kalau sampai berusia 21 tahun aku belum juga mau punya pacar. Padahal aku terhitung cantik dan supel. Apalagi ketika aku sudah menamatkan D-ii bahasa inggrisku, Ibu mendesakku untuk mulai mencari pasangan hidup.

Ketika diam-diam kudiskusikan hal ini kepada Ayah, dia sangat mendukungku menjalin hubungan dengan pria lain. Soalnya, Ayah mulai mencium tanda-tanda kecurigaan di mata Ibu melihat hubunganku dengan Ayah semakin lengket aja.

Maka ketika Wahyu,kakak kelasku yang paling gencar mendekatiku. Kupikir apa salahnya aku membina hubungan dengannya. Apalagi wajahnya lumayan ganteng, postur tubuhnya atletis, dan otaknya encer pula. Singkat cerita aku kemudian serius menjalin hubungan dengannya. Sementara itu, kisah cintaku dengan Ayah terus berlanjut. Kali ini kami lebih banyak melakukan persetubuhan kami di luar rumah. Kadang-kadang kami janji bertemu di hotel A atau B yang letaknya agak jauh dari kota tempat tinggalku.

Enam bulan setelah berpacaran dengan Wahyu, keluarganya datang melamarku. Aku menerima lamarannya dengan perasaan biasa-biasa saja. Terus-terang perasaan cintaku telah kepersembahkan seutuhnya kepada ayah tiriku. Aku menikah hanya untuk menutupi perselingkuhanku dengan ayah.

Untungnya, Wahyu adalah orang yang tidak mempersoalkan keperawananku ketika kami melewatkan malam pertama. Menghadapi permainan seks Wahyu yang tergolong pemula, aku merasa tidak puas. Kadang-kadang aku membayangkan sedang berhubungan badan dengan ayah tiriku yang macho dan berpengalaman. Akhirnya, aku tetap sering menelepon ayah untuk saling bertemu di luar rumah. Usianya yang telah berkepala empat telah mengetahui secara betul segala bentuk permainan seks yang dapat memberikan kepuasan klimaks terhadap gadis-gadis muda seusiaku.


Your Ad Here

Bercinta dengan ayah tiriku, aku mendapatkan klimaks yang berulang-ulang, hal yang tidak dapat kudapatkan apabila aku berhubungan badan dengan suamiku sendiri. Aku tahu perbuatanku adalah keliru. Namun aku tidak dapat menghapus sosok Ayah tiriku dalam kehidupanku. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menghentikan perselingkuhanku ini. Aku hanyalah seorang wanita yang menginginkan adanya figur pria matang disisiku.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Thursday, July 4, 2013

SEKS KILAT DI KANTOR

SEKS KILAT DI KANTOR BERSAMA.......


Namaku Surya. Aku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Walaupun aku sudah lama bekerja tetapi aku masih melajang. Kisah ini diawali saat aku bertemu seorang mahasiswi yang sedang magang di kantorku. Mahasiswi tersebut bernama Dini. Aku tidak begitu tahu kuliah apa yang ia ambil, tetapi ia bekerja sebagai sekretaris di kantorku.

Adapun Dini adalah gadis yang sangat manis, berkulit putih layaknya wanita keturunan Chinese, memiliki tubuh langsing bak gitar, rambutnya berwarna hitam kecoklatan dgn panjang sebahu, dan raut wajahnya mirip-mirip Dian Sastrowardoyo. Penampilan Dini sangat menarik perhatian pria2 di kantorku, karena dia berpenampilan layaknya mahasiswi di kampus. Ini menjadi angin segar tersendiri untuk kami para pria di kantor .

Suatu hari Dini datang ke ruanganku untuk meminta tanda tanganku. Aku terkejut melihat penampilannya yang seksy sekali. Ia mengenakan kaos hitam lengan pendek yg sangat ketat, rok mini berbahan jeans yg di atas lutut, dan sepasang sepatu hak tinggi. Aku bisa melihat bentuk payudaranya yg membusung dari balik kaos ketat itu dgn jelas dan juga pahanya yg putih mulus itu bisa kupandangi sepuasku.

Dini masuk ke ruanganku dan menyerahkan beberapa dokumen untuk kutandatangani. Saat ia berada di dekatku, tercium harum semerbak dari tubuhnya yang sedikit2 mulai merangsang penisku. Kulihat Dini agak tegang, jadi kupersilakan ia duduk di depan mejaku. Sambil pura2 baca dokumen, aku mulai sedikit2 bicara dengannya, basa basi layaknya atasan dan bawahan, sambil saling berkenalan.

"Kamu kok sering banget pakai baju itu sih?" tanyaku pada Dini.

Dini jadi tersipu malu mendengar pertanyaanku seraya menjawab,

"Habisnya kata temen2 aku keliatan cantik kayak model kalo aku pakai baju ini. Memangnya kenapa pak?".

"Ngga apa2 kok, saya juga suka ngeliat kamu berpakaian seperti ini, betul2 cantik kayak model.", ujarku padanya.

"Bapak bisa aja ah" tukas Dini sambil tersipu malu.


Kuberanikan diri bertanya lebih jauh padanya,

"Din...kamu udah punya pacar belum?".

"Sudah pak."jawab Dini.

Aku agak kecewa mendengarnya, tapi aku terus berusaha memancingya untuk bicara ttg seks.

"Beruntung sekali orang yg jadi cowo kamu, dia pasti bahagia sekali bisa berhubungan seks dengan cewe seseksy kamu" ujarku sambil bercanda.

Dini tiba2 terlihat sedih, ternyata dia belum pernah sekalipun berhubungan seks dgn pacarnya dan hal itu membuatnya malu di hadapan teman2nya di kampus yg sudah pernah berhubungan seks dgn pacar masing2 dan pacar Dini juga orangnya sangat alim shg sulit diajak ngeseks. Aku hanya menggangguk saja mendengar penuturannya. Terlihat hasrat Dini utk merasakan nikmat duniawi, tetapi pengetahuannya ttg seks juga masih tergolong dangkal.

"Pak, temen2 saya bilang seks itu nikmat. Bener ga sih?", tanya Dini padaku.

Aku sempet terkejut mendengar pertanyaannya, lalu kujawab,

"Bener, temen2 kamu itu bener. Seks itu mang nikmat kok, temen2 saya juga bilang begitu. Saya sendiri juga blom pernah nyoba sih".

Dini terlihat makin sedih, menyadari ketidak mampuan dirinya dalam berhubungan seks. Kuhibur ia sejenak, sambil kuajak bercanda dan berkata,

"Gimana klo kamu coba ML sama saya skrng disini, nanti saya ajarin teknik2nya deh biar cowo kamu bisa tunduk ama kamu di atas ranjang, bahkan bisa aja cowo kamu yang ketagihan nanti" .

Dini terlihat gelisah, "Gimana nanti klo ketauan/diintip orang2 sini pak?", tanyanya padaku.

"Tenang, kita seks kilat aja, sekitar 10-15 menitan", ujarku.

Dini pun menerima tawaranku, dan akupun bersorak kegirangan dalam hati.

"Kesempatan bagus nih", ujarku dalam hati. Kebetulan setiap ruang untuk direktur dan manajer di kantorku ada toilet pribadi yang terpisah dgn toilet umum. Kutuntun Dini masuk ke dalam toilet pribadi dalam ruanganku, dgn maksud agar suara kami tak terdengar ke luar.

Aku segera mengunci pintu toilet dari dalam, seraya mulai memeluk Dini. Lalu aku duduk di atas kloset dan kusuruh Dini duduk di atas pangkuanku, dgn posisi payudaranya menghadap wajahku. Sejenak kunikmati harum tubuhnya, sambil menjamah2 kaos ketatnya yg hitam legam itu. Lalu aku menyibakkan rok mininya yg terbuat dr jeans itu, shg terlihatlah paha putih mulus dan CD Dini yang berwarna hitam. Karena ini seks kilat, maka aku hanya memelorotkan CD Dini sedikit, lalu kuselipkan penisku pada CD Dini, menuju vaginanya yang masih berbulu jarang itu.

Tanpa kesulitan, aku berhasil mencapai 'target', penisku sudah menancap pd vagina Dini. Kedua tanganku memegang pinggul Dini dan menggerakkannya ke atas-bawah. Nikmat sekali rasanya, dan raut wajah Dini menunjukkan bahwa ia sangat menikmati perhelatan ini, padahal ini pertama kali untuknya. Desahan2 Dini menjadi makin tak terkendali, pertanda dirinya sudah tenggelam dalam nikmat duniawi. Sekali2 ia menjambak rambutku dan menekan kepalaku shg wajahku menempel di atas payudaranya, sambil kujilati dan kuhisap payudara yg tertutup kaos ketat itu. Kulumat bibir Dini dengan maksud utk meredam suara desahannya, sengaja kulepaskan kedua tanganku dari pinggulnya, dan pinggul Dini sudah bergerak naik turun dgn sendirinya. Lama kelamaan pinggul Dini bergerak tak beraturan, seperti penyanyi dangdut lagi goyang pinggul.

Kuselipkan kedua tanganku ke dalam kaos ketat Dini, melewati BH nya, dan akhirnya memegang payudaranya yang kencang dan tanpa dilapisi apapun. Nikmatnya rasanya sewaktu kuremas payudara dan putting-nya yang menegang, sepertinya Dini juga terbawa sansasi kenikmatan permainan cinta kilat ini. Tarikan nafasnya semakin tidak karuan dan semakin kencang. Tak lupa tanganku menjamah bagian2 tubuh Dini yg lain seperti pantat, paha, kaki, dll. Kuangkat kaki kiri Dini dgn tanganku sekitar 60 drajat, lalu kujilati pahanya yg mulus. Kadang aku kembali melumat bibirnya bila ia mulai mendesah tak karuan.

"ahh..uhhh...ohhh..pak nikmatya......", Dini menjerit kecil saat penisku semakin cepat bergerak keluar masuk kedalam vaginanya. Penisku sudah becek sekali krn terus berada dlm vagina Dini yg basah dan nikmat itu.

Tak terasa 15 menitpun sudah berlalu. kami belum sempat orgasme, tetapi paling tidak bisa merasakan nikmat duniawi dlm sekejap mata. Kusadarkan Dini yang sudah larut dlm nikmat duniawi itu. Dini yg tersadar jadi tersipu malu krn sadar dirinya sudah seperti wanita murahan saja. Kucoba mancabut penisku yg dijepit vagina Dini dr tadi. Awalnya sulit krn godaan utk terus lanjut, tetapi akhirnya bisa setelah berhasil melemaskan penisku. Dini buru2 mengencangkan celana dalamnya dan aku merapikan celana panjangku ,lalu kubantu mengeringkan kaos ketat Dini yg basah krn ludahku tadi. Untung saja ludahku yg menempel pada paha Dini sudah kering.

Aku pun keluar lebih dulu dr toilet untuk mengecek keadaan di luar ruang kantorku. Kebetulan banyak karyawan sedang makan siang, jadi keadaan relatif aman.

"Kapan2 kita lanjutin lagi deh yg tadi, tapi di luar kantor. Gimana, seks itu nikmat kan?", ujarku pada Dini.

Dini hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Lalu Dini pun segera keluar dr ruanganku dan kembali ke meja kerjanya. Sejak kejadian ini, aku dan Dini sering curi2 kesempatan di kantor untuk melakukan seks kilat, mumpung Dini masih magang di kantorku.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Seks Kilat 15 Menit

SEKS KILAT 15'


Tanpa kesulitan, aku berhasil mencapai 'target', penisku sudah menancap pd vagina Dini. Kedua tanganku memegang pinggul Dini dan menggerakkannya ke atas-bawah. Nikmat sekali rasanya, dan raut wajah Dini menunjukkan bahwa ia sangat menikmati perhelatan ini, padahal ini pertama kali untuknya. Desahan2 Dini menjadi makin tak terkendali, pertanda dirinya sudah tenggelam dalam nikmat duniawi. Sekali2 ia menjambak rambutku dan menekan kepalaku shg wajahku menempel di atas payudaranya, sambil kujilati dan kuhisap payudara yg tertutup kaos ketat itu. Kulumat bibir Dini dengan maksud utk meredam suara desahannya, sengaja kulepaskan kedua tanganku dari pinggulnya, dan pinggul Dini sudah bergerak naik turun dgn sendirinya. Lama kelamaan pinggul Dini bergerak tak beraturan, seperti penyanyi dangdut lagi goyang pinggul.

Kuselipkan kedua tanganku ke dalam kaos ketat Dini, melewati BH nya, dan akhirnya memegang payudaranya yang kencang dan tanpa dilapisi apapun. Nikmatnya rasanya sewaktu kuremas payudara dan putting-nya yang menegang, sepertinya Dini juga terbawa sansasi kenikmatan permainan cinta kilat ini. Tarikan nafasnya semakin tidak karuan dan semakin kencang. Tak lupa tanganku menjamah bagian2 tubuh Dini yg lain seperti pantat, paha, kaki, dll. Kuangkat kaki kiri Dini dgn tanganku sekitar 60 drajat, lalu kujilati pahanya yg mulus. Kadang aku kembali melumat bibirnya bila ia mulai mendesah tak karuan.

"ahh..uhhh...ohhh..pak nikmatya......", Dini menjerit kecil saat penisku semakin cepat bergerak keluar masuk kedalam vaginanya. Penisku sudah becek sekali krn terus berada dlm vagina Dini yg basah dan nikmat itu.

Tak terasa 15 menitpun sudah berlalu. kami belum sempat orgasme, tetapi paling tidak bisa merasakan nikmat duniawi dlm sekejap mata. Kusadarkan Dini yang sudah larut dlm nikmat duniawi itu. Dini yg tersadar jadi tersipu malu krn sadar dirinya sudah seperti wanita murahan saja. Kucoba mancabut penisku yg dijepit vagina Dini dr tadi. Awalnya sulit krn godaan utk terus lanjut, tetapi akhirnya bisa setelah berhasil melemaskan penisku. Dini buru2 mengencangkan celana dalamnya dan aku merapikan celana panjangku ,lalu kubantu mengeringkan kaos ketat Dini yg basah krn ludahku tadi. Untung saja ludahku yg menempel pada paha Dini sudah kering.

Aku pun keluar lebih dulu dr toilet untuk mengecek keadaan di luar ruang kantorku. Kebetulan banyak karyawan sedang makan siang, jadi keadaan relatif aman.

"Kapan2 kita lanjutin lagi deh yg tadi, tapi di luar kantor. Gimana, seks itu nikmat kan?", ujarku pada Dini.

Dini hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Lalu Dini pun segera keluar dr ruanganku dan kembali ke meja kerjanya. Sejak kejadian ini, aku dan Dini sering curi2 kesempatan di kantor untuk melakukan seks kilat, mumpung Dini masih magang di kantorku.


Baca Selengkapnya.........

SEKS KILAT 10 MENIT

SEKS KILAT

Namaku Surya. Aku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Walaupun aku sudah lama bekerja tetapi aku masih melajang. Kisah ini diawali saat aku bertemu seorang mahasiswi yang sedang magang di kantorku. Mahasiswi tersebut bernama Dini. Aku tidak begitu tahu kuliah apa yang ia ambil, tetapi ia bekerja sebagai sekretaris di kantorku.

Adapun Dini adalah gadis yang sangat manis, berkulit putih layaknya wanita keturunan Chinese, memiliki tubuh langsing bak gitar, rambutnya berwarna hitam kecoklatan dgn panjang sebahu, dan raut wajahnya mirip-mirip Dian Sastrowardoyo. Penampilan Dini sangat menarik perhatian pria2 di kantorku, karena dia berpenampilan layaknya mahasiswi di kampus. Ini menjadi angin segar tersendiri untuk kami para pria di kantor .

Suatu hari Dini datang ke ruanganku untuk meminta tanda tanganku. Aku terkejut melihat penampilannya yang seksy sekali. Ia mengenakan kaos hitam lengan pendek yg sangat ketat, rok mini berbahan jeans yg di atas lutut, dan sepasang sepatu hak tinggi. Aku bisa melihat bentuk payudaranya yg membusung dari balik kaos ketat itu dgn jelas dan juga pahanya yg putih mulus itu bisa kupandangi sepuasku.

Dini masuk ke ruanganku dan menyerahkan beberapa dokumen untuk kutandatangani. Saat ia berada di dekatku, tercium harum semerbak dari tubuhnya yang sedikit2 mulai merangsang penisku. Kulihat Dini agak tegang, jadi kupersilakan ia duduk di depan mejaku. Sambil pura2 baca dokumen, aku mulai sedikit2 bicara dengannya, basa basi layaknya atasan dan bawahan, sambil saling berkenalan.

"Kamu kok sering banget pakai baju itu sih?" tanyaku pada Dini.

Dini jadi tersipu malu mendengar pertanyaanku seraya menjawab,

"Habisnya kata temen2 aku keliatan cantik kayak model kalo aku pakai baju ini. Memangnya kenapa pak?".

"Ngga apa2 kok, saya juga suka ngeliat kamu berpakaian seperti ini, betul2 cantik kayak model.", ujarku padanya.

"Bapak bisa aja ah" tukas Dini sambil tersipu malu.


Kuberanikan diri bertanya lebih jauh padanya,

"Din...kamu udah punya pacar belum?".

"Sudah pak."jawab Dini.

Aku agak kecewa mendengarnya, tapi aku terus berusaha memancingya untuk bicara ttg seks.

"Beruntung sekali orang yg jadi cowo kamu, dia pasti bahagia sekali bisa berhubungan seks dengan cewe seseksy kamu" ujarku sambil bercanda.

Dini tiba2 terlihat sedih, ternyata dia belum pernah sekalipun berhubungan seks dgn pacarnya dan hal itu membuatnya malu di hadapan teman2nya di kampus yg sudah pernah berhubungan seks dgn pacar masing2 dan pacar Dini juga orangnya sangat alim shg sulit diajak ngeseks. Aku hanya menggangguk saja mendengar penuturannya. Terlihat hasrat Dini utk merasakan nikmat duniawi, tetapi pengetahuannya ttg seks juga masih tergolong dangkal.

"Pak, temen2 saya bilang seks itu nikmat. Bener ga sih?", tanya Dini padaku.

Aku sempet terkejut mendengar pertanyaannya, lalu kujawab,

"Bener, temen2 kamu itu bener. Seks itu mang nikmat kok, temen2 saya juga bilang begitu. Saya sendiri juga blom pernah nyoba sih".

Dini terlihat makin sedih, menyadari ketidak mampuan dirinya dalam berhubungan seks. Kuhibur ia sejenak, sambil kuajak bercanda dan berkata,

"Gimana klo kamu coba ML sama saya skrng disini, nanti saya ajarin teknik2nya deh biar cowo kamu bisa tunduk ama kamu di atas ranjang, bahkan bisa aja cowo kamu yang ketagihan nanti" .

Dini terlihat gelisah, "Gimana nanti klo ketauan/diintip orang2 sini pak?", tanyanya padaku.

"Tenang, kita seks kilat aja, sekitar 10-15 menitan", ujarku.

Dini pun menerima tawaranku, dan akupun bersorak kegirangan dalam hati.

"Kesempatan bagus nih", ujarku dalam hati. Kebetulan setiap ruang untuk direktur dan manajer di kantorku ada toilet pribadi yang terpisah dgn toilet umum. Kutuntun Dini masuk ke dalam toilet pribadi dalam ruanganku, dgn maksud agar suara kami tak terdengar ke luar.

Aku segera mengunci pintu toilet dari dalam, seraya mulai memeluk Dini. Lalu aku duduk di atas kloset dan kusuruh Dini duduk di atas pangkuanku, dgn posisi payudaranya menghadap wajahku. Sejenak kunikmati harum tubuhnya, sambil menjamah2 kaos ketatnya yg hitam legam itu. Lalu aku menyibakkan rok mininya yg terbuat dr jeans itu, shg terlihatlah paha putih mulus dan CD Dini yang berwarna hitam. Karena ini seks kilat, maka aku hanya memelorotkan CD Dini sedikit, lalu kuselipkan penisku pada CD Dini, menuju vaginanya yang masih berbulu jarang itu.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info
Bersambung...................

Saturday, June 22, 2013

Perselingkuhan Nanik 2

Perselingkuhanku Karena Suamiku
(Bagian 2)

Kisah sebelumnya .............Dan sejak saat itu, percumbuan kami belumlah lengkap apabila saya belum melakukan oral seks terhadapnya. Bagi saya, saya merasa memiliki hobby baru. Membuatnya nikmat melalui oral seks.

Hingga suatu saat di tengah percumbuan hebat kami dimana pakaian kami sudah hampir terbuka semua, di jok belakang mobil saya di pelataran parkir department store "R" yang terletak di jalan yang menggunakan nama seorang pangeran, ia mengangkat rok saya dan menyingkap sedikit celana dalam saya, lalu kemudian dengan cepat dan lembutnya, Eri mencumbu dan menyapu vagina saya dengan lidahnya. Sungguh saya dibuatnya kaget dan bingung yang bukan kepalang. Suami saya sama sekali tidak pernah melakukan hal ini terhadap saya. Di tengah kebingungan itu, saya sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Saya mencintainya, tapi saya sama sekali tidak menyangka hingga sejauh ini kisah asmara kami. Begitu lembutnya dia mempermainkan klitoris saya dengan sapuan lidahnya, hingga akhirnya rasa bingung itu lenyap ditelan rasa geli dan nikmat yang sudah menjalar di sekujur tubuh saya. Saya hanya bisa meremas rambut kepalanya, menekan kepalanya lebih dekat di vagina saya yang kian membasah. Kenikmatan itu juga yang akhirnya membuat saya mengangkat kedua paha dengan lebih membuka kangkangan keduanya.

Setelah kurang lebih lima belas menit dia menjilati klitoris saya dengan berbagai cara, saya disuruhnya rebah di jok belakang dan segera dia menindih saya. Rupanya Eri telah menurunkan celananya tanpa sepengetahuan saya sewaktu saya masih melayang-layang.

Dengan cepat Eri menyodorkan penisnya menuju bibir vagina saya. Dan mempermainkan kepala penisnya di bibir vagina saya. Saya kembali menggelinjang. Sama sekali tidak terbesit di benak saya, bahwa kami masih bermain di area parkir sebuah pusat belanja yang terletak di jalan "D". Yang suatu saat dapat dipergoki satpam.

Kembali saya tersentak hebat saat kepala penisnya menggesek-gesek klitoris saya dengan agak kuat. Tubuh saya mulai bergetar hebat. Apa ini yang dinamakan luapan birahi?
Karena vagina saya yang sudah basah sejak tadi, Eri tidak mendapat kesulitan untuk akhirnya dengan cepat dan lembut menyelipkan penisnya di liang vagina saya.

Saya kembali tersentak dalam sejuta kenikmatan. Sebuah benda yang besar dan panjang menyelinap masuk secara perlahan, sehingga menimbulkan gesekan halus pada klitoris saya. Tubuh saya mengejang sesaat. Tiba-tiba muncul rasa heran yang amat sangat dalam diri saya. Selama ini saya tidak pernah merasakan nikmatnya seks dengan suami saya. Yang saya tahu selama ini, seks adalah menyakitkan. Saya hanya menjadi mesin pemuas nafsu seks suami saya tanpa peduli apakah saya menikmatinya atau tidak. Nikmat seks seolah-olah hanya dongeng belaka di telinga saya.

Tapi Eri... seolah-olah dia kini memberikan bukti bahwa nikmat seks itu ada. Dan nyata. Kini saya sadar sepenuhnya. Saya semakin mencintainya. Saya pun kembali larut dalam kebahagiaan nikmatnya seks. Saya pun menyambut cintanya, juga menyambut goyangannya tidak kalah hebat. Seolah saya ingin menumpahkan dan mencapai kenikmatan seks yang baru saya rasakan dan ingin memberitahunya untuk bersama menikmati seks ini sepuas-puasnya.

Entah berapa lama kami bercinta dan saling berpacu dalam nafsu birahi di dalam mobil Genio berwarna gelap bernomor polisi D* 1**9 **. Akhirnya dia membiarkan saya selesai terlebih dahulu. Sungguh saya tidak menyangka bahwa kenikmatan seks itu begitu indah, menyenangkan dan memuaskan. Saya pun dibuatnya lemas dan tidak bertenaga, terkapar di jok mobil. Telentang tidak berdaya, dengan rasa sejuta bahagia dan kepuasan yang tidak ternilai. Sementara Eri akhirnya mempercepat ritme ayunan pinggulnya dan saya merasakan adanya semburan hangat di dalam vagina saya. Semburan sperma Eri.

Saya sempat khawatir akan kehamilan akibat hubungan kami. Tapi Eri segera berbisik bahwa dia ingin saya hamil dan membesarkan anak tersebut. Berangsur-angsur kekhawatiran saya menghilang. Di satu sisi, keinginan saya untuk hamil bisa saja terkabul. Dan ini yang saya tunggu. Akhirnya siasat pun diatur, apalagi golongan darah Eri sama persis dengan suami saya.

Sejak saat itu, kami pun rutin melakukan hubungan seks untuk saling meluapkan cinta dan memuaskan nafsu birahi kami, dimana pun kami sempat. Bahkan pernah di ruangan kantor saya pada saat sepi, Eri meminta saya untuk berdiri membungkuk di tepi meja kerja saya dan dia menyetubuhi saya dari belakang dengan terlebih dahulu mengangkat rok dan menurunkan celana saya dan kemudian mempermainkan vagina saya dengan lidahnya yang kasat.

Kini bukan saja suami saya yang berselingkuh. Saya pun turut terjerumus dalam dunia perselingkuhan. Perselingkuhan yang saya rasa adalah abadi. Apakah ini semua karena cinta sejati saya dengan Eri?

Apakah karena awalnya kawin paksa oleh ayah saya, hingga tidak pernah ada cinta antara saya dan suami saya?

Hingga kini hubungan saya dan Eri telah berusia dua tahun, baik hubungan komunikasi maupun secara seksual. Kami tetap saling memperhatikan, mengasihi, menjaga dan juga saling mengisi kekurangan satu sama lain. Seperti layaknya suami istri sejati.

Kini saya sudah tidak peduli lagi terhadap apa yang dilakukan suami saya. Anak kandung saya dari hasil hubungan intim saya dengan Eri dan anak angkat saya pun lebih dekat dengan Eri ketimbang suami saya. Entah kenapa, saya sangat berbahagia menjalani semua ini. Saya sudah menemukan cinta sejati saya.

Untuk Eri, apabila Anda membaca cerita ini, saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa kami bertiga sangat mencintai dan merindukanmu.

Salam dari Surya, putra kandungmu dan Nindi, putri angkatku.

Monday, June 17, 2013

Perselingkuhan Nanik

(Bagian 1)

Nama saya Nanik. Saya adalah anak pertama dari sebuah keluarga yang serba berkecukupan. Ayah saya adalah seorang pengusaha di bidang perbankan yang cukup diperhitungkan di daerah saya. Saya menikah atas dasar paksaan ayah saya. Sungguh tidak mengenakan menikah dengan orang yang tidak saya cintai, walaupun sudah kurang lebih sembilan tahun usia pernikahan kami. Suami saya, Bramono, adalah seorang dokter yang sedang mengambil spesialisasi bedah di Rumah Sakit pemerintah di kota kami. Terlihat hebat memang. Tapi sayangnya keluarganya ternyata memiliki bibit keturunan "orang stress". Ini yang menyebabkan saya mengambil keputusan untuk lebih baik mengadopsi daripada memiliki keturunan 'stress'.

Sikapnya sebagai suami sama sekali tidak mencerminkan seorang suami. Terlebih saat dia menyadari bahwa dirinya adalah kesayangan ayah saya, mertuanya. Beberapa alasan ayah saya sangat menyayanginya adalah karena suami saya adalah seorang dokter dan (katanya) adalah keturunan orang terhormat. Terhormat? Menjaga nama baik diri sendiri saja tidak bisa, apalagi nama baik keluarga dan rumah tangga? Sudah cukup lama saya bertahan menjaga nama baik keluarga, hingga akhirnya saya menyadari bahwa ada pihak ketiga yang mengganggu rumah tangga kami.

Namanya Erna. Dia seorang mahasiswi kedokteran hewan yang menjadi gundik suami saya untuk sekian tahun lamanya. Sama sekali tidak ada yang menarik dari dirinya. Kalau boleh saya menyombongkan diri, perbedaan saya dan dirinya ibarat langit dan bumi. Entah apa yang diinginkan suami saya dari dirinya. Bukan hanya nama baik rumah tangga kami yang tercoreng, tapi juga nama baik orang tua saya. Dia membawa 'gundik'nya itu dengan leluasa menggunakan kendaraan pribadi ayah saya, karena memang ia belum mampu memiliki sebuah mobil. Bahkan untuk membeli bautnya pun mungkin masih meminta uang dari saya.

Di tengah kebingungan, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti program Magister Manajemen yang baru saja dibuka di sebuah universitas negeri di kota saya. Di sini saya banyak menjumpai teman baru. Kejenuhan dan kebingungan saya mulai sedikit terobati dengan aktivitas belajar baik di kampus maupun di luar.

Entah angin darimana yang berhembus, saya mendengar bahwa salah seorang teman kuliah saya bertempat tinggal di daerah perumahan yang sama dengan Erni. Tiba-tiba timbul kembali rasa penasaran terhadap 'gundik' suami saya itu. Ibarat wartawan, saya pun mulai melancarkan beberapa pertanyaan daerah seputar perumahan tersebut.

Namanya Eri. Begitu setidaknya ia dipanggil. Pertama memang ia menaruh curiga terhadap pertanyaan saya. Saya berusaha membohonginya agar aib rumah tangga saya tidak terbongkar. Namun karena rasa penasarannya yang begitu besar, saya tidak dapat lagi menutupinya. Terlebih dia begitu jelas memberi informasi mengenai dimana lokasi tepatnya Erni tinggal dan keadaan sekelilingnya. Hingga akhirnya saya meminta tolong untuk sesekali mengintip apakah suami saya pernah berkunjung ke sana. Akibatnya, saya sering berhubungan dengannya untuk mendapatkan informasi lebih darinya.

Dari sekedar menerima informasi dan meminta tolong lagi, akhirnya saya tidak dapat menahan lagi penderitaan yang saya alami. Saya akhirnya sering berkeluh kesah mengenai keadaan rumah tangga saya yang sebenarnya. Entah kenapa saya lakukan ini. Eri adalah totally stranger, yang seharusnya sama sekali tidak mengetahui kondisi intern rumah tangga kami. Tapi bagaimana lagi?

Saya sudah sering berkeluh kesah dengan orang tua mengenai suami saya. Mereka hanya menyuruh saya untuk bersabar. Dengan adik saya, mereka memang merasa kasihan kepada saya, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak karena kesibukan bisnisnya. Saya juga pernah berkeluh kesah dengan bibi (tante) saya yang belum menikah, namun dengan cepat dia menjawab, "Waduh, janganlah bicara itu kepada saya, saya tidak sama sekali tidak tahu masalah seperti itu!". Kemana lagi saya harus berkeluh?

Pada awal cerita saya kepada Eri, dia memang menganjurkan agar saya berbicara kepada orang tua saya. Namun itu merupakan anjuran basi bagi saya. Eri tidak putus asa. Dia terus memberi dukungan secara moral. Yang membuat diri saya seolah semakin tenang berada di sisinya untuk mendengarkan dan menerima dukungannya.

Kemudian dia pun membuka rahasia mengenai dirinya. Mengenai siapa dirinya sebenarnya dan bagaimana kondisi orang tuanya. Dari situ saya melihat beberapa kemiripan diantara kami berdua. Saya pun mulai comfortable apabila sudah berada di sisinya. Dan pertemuan pun sering kami atur. Entah itu berkedok kelompok belajar atau lainnya.

Hingga akhirnya, entah kenapa tumbuh rasa suka saya kepada dirinya, dan di suatu saat Eri memberanikan diri untuk menyentuh tangan saya dan memegangnya. Saya merasakan getaran yang ia jalarkan ke diri saya. Akhirnya tanpa saya sangka, ia mengutarakan perasaannya. Perasaan yang sama dengan apa yang saya rasakan terhadap dirinya.

Singkat cerita, kami mulai sepakat saling mengasihi. Dan kami pun mulai secara rutin bertemu untuk berbagi kasih. Walau pun hanya sebatas di dalam mobil saya.

Kekagetan saya yang berikutnya adalah sewaktu Eri tiba-tiba mencium bibir saya. Lucu rasanya saya mengenang kejadian tersebut. Seolah saya adalah seorang gadis yang baru pertama kali dicium oleh pria. Saya tidak tahu harus bagaimana.

Di satu sisi, saya memang mencintainya. Di sisi lain, saya sudah menikah dan bersuami. Kembali dia melayangkan kecupan dibarengi dengan sedikit lumatan pada bibir saya. Saya tetap tidak berkutik. Hingga akhirnya dia bertanya,"Kenapa tidak dibalas?". Setelah kami saling tatap untuk beberapa saat. Akhirnya..... saya pun membalas lumatan bibirnya.

Kisah kasih kami terus berjalan dengan sedikit bumbu saling cemburu apabila saya terkesan mulai dekat dengan suami saya, atau saya mendengar isu bahwa Eri berkenalan dengan seorang gadis. Tapi itu semua tetap tidak mempengaruhi cinta kami. Percumbuan kami semakin hangat. Dia pun mulai berani menggerayangi bagian-bagian tubuh saya. Baik dengan menggunakan tangannya atau dengan mulutnya.

Buah dada saya yang berukuran 36B ini sudah sering kali menjadi sasaran empuk mulutnya. Dan saya sangat menikmatinya. Saya pun sering mencumbu dadanya yang lapang, dan sesekali mempermainkan mulut dan lidah saya di pentilnya. Dia pun sangat menikmatinya.

Hingga akhirnya permainan kami mengalami peningkatan. Jemarinya mulai terampil menyusup kepada celana dalamku dan mempermainkan klitoris saya. Saya mulai merasakan geli dan nikmat bercampur menjadi satu, terlebih apabila ia kombinasikan dengan mencumbu tubuh saya.

Kami saling bergantian mencumbu hingga akhirnya pun saya hanyut dalam kebiasaan melakukan oral seks terhadapnya. Dia begitu surprise saat saya melakukan oral. Eri tidak menyangka, seperti halnya saya. Saya bahkan sempat terheran pada diri saya sendiri. Banarkah saya melakukan ini? Pertama kali saya melakukan oral seks terhadapnya, memang saya kikuk sekali. Eri hanya membuka sedikit celana dalamnya hingga kepala penisnya tersembul. Entah kenapa, saat saya sedang mencumbu tubuhnya, saya sangat terdorong untuk mencumbu penisnya dan memasukkannya ke dalam mulut saya.

Dan sejak saat itu, percumbuan kami belumlah lengkap apabila saya belum melakukan oral seks terhadapnya. Bagi saya, saya merasa memiliki hobby baru. Membuatnya nikmat melalui oral seks.

Saturday, June 15, 2013

LinkWithin