Fakta Unik - Keresahan masyarakat terhadap santet memang bukan isapan jempol belaka. Sebab kepercayaan terhadap ilmu hitam ini sudah ada sejak dahulu di masyarakat Indonesia. Bahkan Prof. Dr. Tb. Ronny Nitibaskara, mengatakan kalau santet termasuk ilmu tenung atau ilmu sihir itu sudah ada sejak zaman Nabi Musa.
Santet kemudian dianggap sebagai kejahatan, imbuh Nitibaskara, karena tujuan penggunaannya. Kejahatan metafisis ini dikirim oleh pelakunya dalam bentuk apa pun. Mulai dari benda mati seperti tanah, paku, besi berkarat, jarum bahkan juga binatang-binatang kecil yang berbahaya.
Di Indonesia, cara pengiriman santet yang lazim digunakan melalui perantara boneka kemudian menusuk boneka dengan jarum, atau menggunakan media foto yang kemudian dibakar. Bisa juga dengan menggunakan benda-benda yang digunakan orang yang hendak dikirimi santet seperti pakaian, rambut dan sebagainya.
Menurut Sabdono Surohadikusumo -pendiri Metafisika Study Club (MSC)-, meski menggunakan beragam cara pengiriman, sasaran yang menjadi targetnya harus jelas. Sebab pengiriman santet melalui bantuan jin atau makhluk halus. "Kalau tidak fokus sasarannya, santet tidak efektif," jelasnya. Meski masuk dalam area gaib, imbuh Sabdono, ilmu hitam ini bisa ditelusuri atau ditangkal secara ilmiah atau kasat mata.
Permadi, seorang paranormal yang juga anggota DPR mengungkapkan, santet sebenarnya bisa dijelaskan dengan teori bahwa benda dengan molekul padat seperti paku atau berbagai hal lain bisa diubah menjadi bentuk energi yang tidak kelihatan untuk kemudian diubah lagi menjadi benda padat setelah terkirim atau sampai pada seseorang yang dituju.
Karena bisa ditelaah secara ilmiah, bebarapa ahli metafisis kemudian membuat alat penangkalnya. Misalnya netralisator yang diciptakan Romo Lukman. Alat yang berbentuk kumparan tembaga ini menggunakan teori mekanika gelombang elektrostatistika. Sehingga gelombang energi santet bisa tertangkal oleh gelombang energi yang bersifat destruktif.
Dasar penciptaan alat ini lantaran Lukman melihat proses penyantetan bukanlah sesuatu yang gelap dan mistis. Sebab katanya, manusia punya potensi mengubah materi menjadi energi. Dengan kemampuan tertentu pula energi itu dikirimkan ke tubuh korban lewat proses elektrodinamika. Karena pada dasarnya tubuh manusia mengandung muatan-muatan listrik, korban akan tidak kuat menahan kiriman energi yang mengenai tubuhnya.
Netralisator yang dibuat Lukman terbuat dari tembaga berukuran panjang 7 cm, tebal 2 cm, berwujud kumparan dengan berbagai bentuk dan memiliki daya elektrostatiska untuk menyerap dan menetralkan energi yang berlebihan. Lukman mulai menciptakan alat itu sejak tahun 1976.
Alat penangkal santet juga dibuat Bambang Gumuno Sastrowerdoyo. Alat elektronik yang mengandalkan hukum C Coulomb tersebut ia namakan Klasindo Exorcist. Rangkaian komponen elektronik itu dimasukan ke dalam sebuah kotak yang bisa dialiri listrik.
Dosen Fakultas Tekhnik Universitas Atmajaya, Yogyakarta ini menjelaskan, Klasindo Exorcist bisa menjangkau gelombang delta yang bermuatan negative yang tidak tampak oleh mata. Sebab menurutnya, batas pandangan mata manusia hanya mampu menjangkau panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer. Di luar itu sudah tidak tampak lagi sekalipun menggunakan kaca pembesar.
Padahal di luar batas penglihatan mata, kata Bambang, ada energi negatif yang berasal dari mahluk sebangsa jin. Ketika energi negatif itu mendekat kepada manusia tentu akan menimbulkan gangguan. "Dengan Klasindo Exorcist energi itu akan terusir atau musnah dengan sendirinya," imbuh Bambang saat dihubungi detikcom. Alat ini, diakui Bambang, sudah diseminarkan di hadapan para dosen KU UGM, para dokter RSJ di Solo dan para pejabat di Provinsi NTT, 2003 silam.
Sedangkan pada pertengahan 1990-an, Rizca Natasuwarna, alumnus Institut Teknologi Bandung juga pernah mengembangkan teknologi generator energi positif (GEPP). Alat ciptaannya ini dikabarkan mampu menangkal santet. Cara kerja GEPP ini sangat sederhana, yaitu menyerap energi negatif yang ada di sekitar generator yang menghasilkan energi prana positif dari dalam bejana yang sudah dikemas dalam bentuk Piramida (untuk penangkal 200 meter persegi), dan bentuk silinder (untuk menangkal jarak 5 meter). Energi prana positif tersebut dihasilkan dari kumparan yang sudah dibentuk sedemikian rupa yang mengolah 4 unsur alam. Alat yang disebut-sebut bisa menangkap energi negatif ini juga pernah diujicobakan di Bandung. Untuk membuktikannya, Rizca menggunakan dua pohon pisang. Yang satu dipasang alat GEPP yang satunya lagi tidak. Kemudian seorang dukun ahli santet dari Garut dipanggil untuk menyantet dua pohon pisang itu. Hasilnya, pohon pisang yang dipasangi GEPP tetap segar. Sedangkan pohon yang tidak dipasangi GEPP langsung mati mengering.
Namun kemampuan GEPP ini tak bertahan lama, karena baterai di dalamnya tidak tahan mengeluarkan energinya sepanjang waktu, sehingga alat ini harus diisi ulang setelah 6 bulan. Selain itu, harganya juga tidak murah, untuk satu GEPP piramida dibandrol Rp 2 juta, sedangkan GEPP silinder harganya Rp 200 ribu.
Walau sudah diujicoba baik di Bandung maupun di Bangkok, ciptaan Rizca hingga kini masih menjadi perdebatan soal keilmiahannya oleh para peneliti di almamaternya, ITB. Sayangnya, saat detikcom menghubungi Rizka, beberapa hari lalu, ia enggan menjawab pertanyaan seputar alat anti santet ciptaanya tersebut. "Maaf saya sekarang sudah bekerja di kantor swasta. Tidak enak nantinya," ujar Rezca singkat.
sumber : detik.com
Saturday, June 29, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment